Minggu, 08 November 2015

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, selamat jalan Muhammad Sakti Al Djidan, keponakan aunty













Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, selamat jalan Muhammad Sakti Al Djidan, keponakan aunty. Tenang di surganya nak. Padahal baru siang kemarin aunty dari RS menjenguk Djidan. Kami sayang kamu nak, tapi allah lebih sayang kamu Djidan. Seharusnya hari ini 8 November Djidan tepat berusia 7 bulan. Ia keponakan kecil ku yang gagah, geraknya begitu lincah, ia putih, bersih, bahkan dari namannya saja sangat bagus sekali terdengar jika di ucapkan.
Hari Kamis yang lalu Djidan harus di larikan ke RS di kampung ku dikarenakan muntaber, hingga pada hari Jumat tak ada perubahan apa-apa padanya, pihak RS pun merujuk Djidan ke RS di kota Padang ini, karena mengingat di kota Padang ini peralatan RS cukup lengkap. Ia di rujuk ke RS Yos Sudarso Padang pada malam Sabtu, pagi Sabtunya ia telah tiba di Padang. Ketika sampai di Padang ia tak langsung di infus dikarenakan urat tangannya yang sulit di temukan, mungkin karena ia terlalu kecil atau mungkin karena dehidrasi yang berlebihan efek dari muntabernya. Beberapa jam kemudian barulah urat tangannya di temukan dokterpun langsung memasang infus padanya. Tak lama infus terpasang keadaannya sedikit membaik. Menurut cerita sang ibu di kampung ku Kerinci wajah Djidan sangat pucat tapi sampai di Padang wajahnya sudah mulai memerah.
Siangnya kira-kira pukul 12 kurang aku berkunjung ke RS, ku bawakan buah jeruk dan juga pisang untuknya. Tapi ternyata sesampai ku di RS Djidan sedang tidur. Setelah puas menangis akhirnya siang itu Djidan tertidur setelah air infus masuk ke badannya. Aku melihat keadaannya, di kaki dan tangannya banyak bekas jarum suntik infus karena memang sangat sulit mencari urat tangan Djidan. Kasihan sekali aku melihatnya. Untuk aku yang sudah sebesar ini sekali saja tangan ku kena jarum suntik rasanya sakit bukan main, apa lagi untuk ia anak yang seusia itu, ntah bagaimana pula rasa sakit yang terasa olehnya tak bisa ia katakan. Ku lihat selang infus terpasang di tangannya, selang oralit dan selang oksigen terpasang di hidungnya. Dan kompres yang ada di kepalanya karena suhu tubuhnya juga panas. Ya allah, berat sekali sepertinya penyakit yang di derita keponakan kecil ku ini. Tak sampai hati aku melihatnya.
Ternyata pihak RS Yos Sudarso akan merujuk Djidan ke RSUP M.Djamil karena di sana peralatan jauh lebih legkap lagi, tapi karena Djidan sedang tidur, rujukanpun harus di tunda dulu sampai ia bangun. Hampir dua jam aku berada di RS tapi Djidan belum bangun. Melihat jam jenguk sudah habis akupun mohon diri untuk pamit pulang. Sebelum beranjak pulang aku sempat memegang kaki, tangan, dan mengecek suhu badan pada kepalanya masih terasa panas, sambil aku mengatakan pada kakak ku “semoga Djidan cepat sembuh”.
Hingga malam aku tak dapat kabar apa-apa, karena memang malam tadi aku di sibukkan dengan resuman tugas kuliah ku yang begitu panjang sehingga aku menunda semua kegiatan di luar tugas, termasuk juga urusan telepon menelepon dan mengotak atik sosial media milik ku, dengan tujuan agar bisa fokus pada tugas dan tugas ini bisa cepat selesai. Jam sudah menunjukkan jam 11 malam, tugas-tugas ku baru saja selesai. Aku berniat akan makan malam tadinya, lalu hp ku berbunyi, seorang teman ku mengirimkan pesan di bbm ku dan bertanya mengapa status bbm saudara ku seperti itu “tenang di surga ya nak”, akupun terkejut, ku cek lagi status bbm kakak ku dan statusnya sama. Akupun menelepon paman ku dan menanyakan ada apa. Ternyata Djidan telah tiada. Air mata ku mengalir.tak tau apa yang harus ku perbuat. Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, itu sudah sangat larut sekali untuk seorang perempuan. Tapi aku ingin melihat jenazah Djidan di RS yang saat itu Djidan telah berada di RSUP M. Djamil.
Aku mengurungkan niat ku untuk makan malam, ku ganti baju ku, aku hampiri kakak kos ku untuk memintanya menemani ku ke RS yang jaranknya cukup jauh dari kos ku kira-kira sekitar 18 km atau 20 km dari kos ku. Ternyata kakak kos ku tidak ada di rumah. Aku baru ingat kakak kos ku ada jadwal kerja ke Mentawai kemarin. Lalu aku harus bagaimana, hari sudah larut malam dan cuacapun sedang hujan lebat. Aku ingat kalau aku mengikuti sebuah organisasi perkumpulan desa ku di kota Padang ini, yang katanya ketika awal pertama aku mengikuti dulu ada yang bilang “ikutlah organisasi kami, jika kamu tidak ikut nanti  saat terjadi sesuatu pada mu tidak ada yang bisa menolong mu” mendengar ucapan itu akupun mengikuti organisasi itu. Dan sekarang aku membutuhkan mereka, aku hubungi mereka satu persatu tapi tak ada satupun yang bisa aku minta tolongi untuk menemani ku ke RS, kecewa rasanya aku ini adalah kali ketiga mereka mengecewakan aku, tak perlu aku ceritakan hal apa yang aku alami kali pertama dan keduanya, yang jelas kecewa dan sedih rasanya aku, aku befikir seandainya saja kekasih ku masih di kota Padang ini, jika terjadi hal semacam ini tanpa berfikir panjang ia pasti datang ke kos ku dan menemani ku ke RS, aku membutuhkan dia malam tadi, tapi sayang kekasih ku sudah tak di Padang sekarang. Benar-benar tidak ada yang bisa aku mintai pertolongan, mungkin karena mereka tidak merasa sepenanggungan dengan ku terlepas dari apapun alasannya.
Dan ternyata Djidan meninggal kira-kira pukul 10 malam tadi satu jam lebih awal dari saat aku memperoleh informasi, mungkin karena mereka semua yang di RS terkejut, sedih, sibuk mengurus surat-surat, dan administrasi sehingga lupa mengabari aku yang dekat dan secara fisik ada di Padang dan yang jauh mungkin mendapatkan informasi lebih awal karena mereka memantau perkembangan dari telepon. Seandainya aku tau dari pukul 10 tadi, keadaan belum terlalu larut dan hujanpun belum turun aku pasti sudah datang ke RS walaupun sendiri dan seandainyapun hujan mungkin hujanpun akan aku lewati karena aku memiliki mantel pribadi mengingat malam tadi adalah malam minggu, tentu jam 10 itu jalanan masih cukup ramai.
Ntah bagaimanalah rasanya perasaan ku ini, aku sangat ingin sekali ke RS tengah malam tadi tapi tak ada teman yang bisa menemani ku kesana, sedih rasanya aku, namun mau bagaimana lagi lagipun malam tadi jenazah Djidan langsung di bawa pulang ke Kerinci juga. Tapi tidak terlalu jadi penyesalan juga untukku karena tak dapat datang ke RS langsung melihat jenazah Djidan malam tadi, sebab aku sempat berkunjung ke RS siang kemarin.
Pagi tadi jenazah Djidan, kakak-kakak, paman dan bibi ku telah sampai di kampung halaman ku, kebetulan pagi tadi di kampung ku di adakan sholat berjamaah untuk meminta hujan di lapangan Bukit Pulai, jadi setelah sholat berjamaah itu barulah jenazah Djidan di sholatkan dan di makamkan. Djidan di makamkan bersebelahan dengan makam kakek ku tak jauh dari rumah ku.
Selamat jalan malaikat kecil ku, keponakan aunty yang gagah dan lincah, titip salam aunty untuk nina mami di surga sayang, sekarang Djidan sudah tidak merasakan sakit lagi nak, dan di sana Djidan bisa bertemu dengan nina mami, kakek yang juga akan menemani Djidan bermain. Tenanglah di alam sana nak, insyaallah surga menanti Djidan di sana. Kami menyayangi Djidan, dan kami akan selalu ingat jika Djidan pernah ada bersama kami. :’(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar