Indah Pertiwi
Senin, 16 Juli 2018
Senin, 28 Mei 2018
Senin, 09 Oktober 2017
My Graduaton Day, 07.10.2017
Hari
itu saat aku baru saja memasuki semester akhir perkuliahan ku yang ditandai
dengan dilaksanakannya PPLK di sekolah-sekolah, sungguh masih terbayang
difikiran ku betapa sulit aku melalui PPLK itu. Bukan karena aku tidak mampu
untuk melaksanakan tanggug jawab ku sebagai seorang guru bukan pula karena aku
tidak memiliki modal yang baik untuk aku kembangkan kepada anak didik ku tapi
melainkan karena masalah pribadi yang menyeret aku dalam ketidak fokusan
dimanapun aku berada dan apapun yang aku kerjakan saat itu termasuklah dalam
melaksanakan kuliah semester akhir ku. Seperti yang pernah aku posting
sebelumnya walaupun terasa berat namun pada akhirnya aku dapat melalui PPLK
tersebut dengan nilai A. Semua tidak lepas dari bantuan rekan-rekan PPLK ku dan
keluarga terutama nenek ku yang selalu menyemangati ku, menyiapkan sarapan setiap
pagi untuk ku sebelum aku berangkat
mengajar kesekolah. Tapi perjuangan semester akhir belum selesai disitu. Step berikutnya
yang harus aku lalui adalah penentu dari akhir perjuangan perkuliahan ku. Yaitu
skripsi.
Jauh
aku berfikir saat itu apakah aku mampu melewati step berikutnya, jika kondisi psikis ku tidak begitu bersahabat dengan kenyataan
yang harus aku jalani. Jangankan untuk memulai menulis. Memikirkan apa yang
akan aku tulis saja aku tidak tahu. Bagaimana tidak jika saat tersulit seperti
itu seharusnya dilewati dengan orang-orang terdekat dan dengan suport-suport
terhebat justru tidak seperti itu halnya untuk aku. Dia yang sebenarnya aku
harapkan dapat mendampingi susah senang ku ternyata meninggalkan ku ketika susah
seperti itu. Bahkan masih terngiang indah ditelinga ku kata-kata yang
diucapkannya dengan lantang kepada ku “aku
tidak perduli kamu sedang PPLK ataupun skripsi!”. Kata-kata yang diucapkan oleh
seorang sarjana yang memotivasi aku untuk menjadi seorang sarjana, dialah dalang
dari masalah pribadi yang telah menyeret aku dalam ketidak fokusan.
Dalam
keadaan terburuk ku saat itu aku berusaha untuk tetap menulis skripsi ku, tak
jarang dalam aku mengetik air matapun ikut menetes dipipi ku, benar-benar ini
bukan hal yang mudah bahkan ini teramat berat untuk ku jalani tapi aku masih
ingin berjuang untuk masa depan ku, untuk orang tua, adik dan keluarga ku yang
sangat mengharapkan aku bisa menyelesaikan dengan baik perkulihan ku. 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7…. ya sudah ada tujuh judul skripsi yang telah aku ajukan pada tim
sleksi skripsi, akan tetapi tak satupun dari tujuh judul tersebut yang diterima.
Padahal jika aku melihat punya teman-teman ku meraka tidak harus sampai tujuh
kali mengajukan judul skripsi seperti aku, ada yang dua kali tiga kali sudah
diterima oleh tim sleksi skripsi lalu bisa melanjutkan pada penulisan BAB I. Dan disanalah
hampir putus asa ku. Karena masih
belum ada judul yang diterima oleh tim sleksi akupun mencoba kembali mencari-cari
judul untuk aku ajukan yang kedelapan kalinya. Kali ini aku
mencoba mengangkat permasalahan yang tidak jauh dari ku, dengan berpedomankan
pada laporan PPLK ku tempo hari aku mengangkat sebuah permasalahan sebagai
judul skripsi ku. Sembari aku menunggu hasil judul kedelapan ku, akupun
memutuskan untuk pulang kampung beberapa hari karena sepertinya aku sudah
begitu kualahan melewati step ini. Tak lama aku dikampung dosen pembimbing PPLK
ku menghubungi ku ia memberi tahu bahwa saat itu ada penerimaan beasiswa di
kampus dan nama ku menjadi salah satu yang diajukan beliau pada tim sleksi
beasiswa, fikiran ku ketika itu adalah coba-coba saja toh penerimaan beasiswa tersebut masih diseleksi lagi jika rezeki Alhamdulillah jika tidak ya tidak masalah, sebab pasti banyak sekali yang mengajukan diri
pada penerimaan beasiswa tersebut.
Dan
disinilah tuhan berperan atas nasib baik ku yang membuat aku mengerti bahwa
tuhan tidak pernah meninggalkan aku sendiri. Disaat aku menggantungkan tali
pengharapan ku kepada dia yang selama ini aku jaga tali pengharapannya justru
saat giliran ku ia meninggalkan aku hingga menghilangkan kefokusan ku dan di saat itu pula tuhan menggantikannya dengan
yang lain di dalam hidup ku. 06 Januari 2018 saat itulah aku mulai menemukan
semangat ku lagi, saat dimana tuhan memperkenalkan aku dengan seorang laki-laki
yang telah ikut mengantarkan aku pada wisuda S1 ku ini. Dialah yang telah
banyak ambil andil selama aku menyelesaikan skripsi.
Melanjutkan
cerita ku tadi, tak lama dari telepon mengenai pendaftaran beasiswa waktu itu,
dosen pembimbing PPLK ku kembali menelepon ku. Kali ini ia mengabari ku agar
aku datang ke kampus pada keesokan harinya dikarenakan beasiswa yang beliau
daftarkan untuk ku diterima. Akupun langsung memesan tiket untuk keberangkat
keesokan harinya. Sesampainya aku di Padang yaitu kota perkuliahan ku 22
Januari 2018 dengan didampingi kekasih baru ku itu aku berjalan menuju ruang
tim sleksi beasiswa, ternyata hari itu adalah penyerahan beasiswa dengan nominal
yang lebih dari pada cukup untuk ku. Selanjutnya aku menuju ruang dosen tim
sleksi skripsi bermaksut hanya ingin mengecek judul skripsi kedelapan yang aku
ajukan seminggu yang lalu, dan ternyata judul tersebut telah dicek oleh tim
sleksi dengan ACC diterima, kemudian aku teringat bahwa aku ingin mengecek nilai
PPLK diportal akademik ku, yang tenyata nilai PPLK ku saat itu adalah A. Alhamdulillahhirobbilalamin,
sungguh tuhan tidak pernah meninggalkan ku sendiri. Apa yang aku dapat hari itu
lebih dari pada yang aku inginkan. Kapan aku membayangkan jika aku akan menemukan
sosok baru di dalam kehidupan ku yang kemudian menjadi pengganti atas
pengharapan yang telah diputuskan seseorang sebelum ia kepada ku, kapan aku tau
jika aku akan mendapatkan beasiswa dan kapan pula aku membayangkan jika nilai PPLK
ku adalah A, sedangkan yang tengah aku perjuangkan saat itu adalah judul
skripsi ku saja.
Hari
itu adalah awal dimulainya perjuangan ku dalam menyelesaikan skripsi perkuliahaan
semester akhir ku. Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus adalah rentang waktu yang sangat lama rasanya aku lalui sebagai seorang
pejuang skripsi. Jika saat itu aku berhasil mendapatkan ACC kompre dari dosen pembimbing 1 tepat sebelum batas pendaftaran ujian kompre ditutup tidak begitu halnya dengan ACC kompre dari dosen pembimbing 2. Karena aku terlalu banyak menghabiskan waktu mengejar ACC kompre dari pembimbing 1 aku sampai lupa bahwa masih ada pembimbing 2 yang juga harus aku kejar ACC nya. Sementara hari itu terdengar kabar bahwa batas pendaftaran ujian kompre baru saja ditutup tapi sehari itu juga aku tidak mendaftarkan diri dikarenakan aku belum berhasil mendapatkan ACC kompre dari dosen pembimbing 2. Sungguh kecewa rasanya hati ku saat itu sehingga keesokan harinya aku memutuskan untuk pulang kampung saja. Sebelum pulang kampung aku menyempatkan diri untuk mengunjungi salah seorang teman kuliah ku. Akan tetapi sesampai aku di tempatnya alangkah terkejutnya aku ternyata dia yang terakhir penelitian dari pada aku sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian kompre yang artinya ia akan mengikuti priode wisuda tahun ini. Lantas teman ku pun ikut terkejut ketika tau bahwa aku tidak ikut mendaftarkan diri untuk ujian kompre. Ia pun langsung memaksa aku untuk menghubungi dosen program studi dan menanyakan kepastian dari batas pendaftaran. Awalnya aku tidak mau karena aku tidak berani, tapi setelah ku fikir-fikir tak ada salahnya mencoba mana tau masih bisa mendaftar. Dan ternyata pendaftaran masih dibuka hingga pukul 09.00 keesokan harinya. Ketika aku tau jika masih bisa mendaftar, akupun langsung menyelesaikan revisi skripsi ku serta mengatur janji dengan dosen pembimbing 2 ku dan alhamdulillah keesokan harinya akau sudah mendapatkan ACC kompre dari dosen pembimbing 2. Tinggal aku menyusun kembali syarat-syarat ujian kompre yang telah aku siapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Hari itu juga aku selesai mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian kompre. Sungguh banyak kemudahan yang telah tuhan berikan kepada ku saat itu.
Lagi-lagi berkat campur tangan Nya serta orang-orang baik disekeliling ku jugalah aku bisa mengikuti ujian kompre tahun ini. Dan salah satu diantara orang-orang baik itu adalah kekasih ku yang selama kurang lebih delapan bulan perjuangan skripsi ku tidak pernah lepas dari bantuannya. Sebab dari A sampai Z ia sudah banyak ikut bersusah payah menemani masa-masa tersulit diperkuliahan ku, sabar mendampingi step by step dari awal aku memulai menulis skripsi, bimbingan, perbaikan, penelitian, seminar proposal, revisi, hingga rampunglah skripsi ku. Dari aku mencari buku kesini dan kesitu, aku bimbingan dengan dosen pembimbing satu kesini, dosen pembimbing dua kesitu, perbaikan skripsi yang dicoret-coret sama-sama kami baca, penelitian yang mengharuskan ku pulang kampung dia juga pulang kampung, revisi yang harus bolak balik kos kampus dia yang mengantar dia juga yang menjemput, hingga pada saat aku kompre dia pulalah yang sudah membantu ku menyiapkan semua bahan-bahan dari membantu ku mengetik, menemani ku memprint, menyiapkan makan siang untuk tim penguji, mengisikan aku pulsa untuk menghubungi tim penguji, bahkan sehari sebelum aku ujian skripsi saat aku kembali membaca skripsi ku yang ternyata ada sedikit kekhilafan dalam penulisan skripsi sehingga membuat aku menangis sejadi-jadinya ia masih terus mendampingi ku menyemangati ku menghiburku dan menguatkan aku memberikan bahu untuk ku menghapus air kata ku, dia yang mendengarkan aku menangis terisak-isak hari itu, dia pula yang dapat menghentikan tangisan ku. Dan saat ujian komprepun datang ia masih setia menunggu ku di depan pintu ruang ujian, jika teman-teman yang lain ada yang datang lalu pergi tak begitu yang dilakukan olehnya, dari awal aku memasuki ruang ujian hingga aku selesai melaksanakan ujian dia masih menunggu ku di depan pintu dengan wajah cemas dan juga khawatir kepada diri ku dan hingga nilai ujian diumumkan aku sangat berterimakasih kepadanya, karena saat itu nilai ujian skripsi ku adalah 83 yaitu A, sungguh tidak akan terbalas oleh ku segala kebaikan yg telah ia beri kepada ku sampai pada akhirnya 07 Oktober 2018 aku diwisudakan sebagai seorang sarjana pendidikan S1, semoga Allahlah yang membalas segala kebaikannya itu.
Lagi-lagi berkat campur tangan Nya serta orang-orang baik disekeliling ku jugalah aku bisa mengikuti ujian kompre tahun ini. Dan salah satu diantara orang-orang baik itu adalah kekasih ku yang selama kurang lebih delapan bulan perjuangan skripsi ku tidak pernah lepas dari bantuannya. Sebab dari A sampai Z ia sudah banyak ikut bersusah payah menemani masa-masa tersulit diperkuliahan ku, sabar mendampingi step by step dari awal aku memulai menulis skripsi, bimbingan, perbaikan, penelitian, seminar proposal, revisi, hingga rampunglah skripsi ku. Dari aku mencari buku kesini dan kesitu, aku bimbingan dengan dosen pembimbing satu kesini, dosen pembimbing dua kesitu, perbaikan skripsi yang dicoret-coret sama-sama kami baca, penelitian yang mengharuskan ku pulang kampung dia juga pulang kampung, revisi yang harus bolak balik kos kampus dia yang mengantar dia juga yang menjemput, hingga pada saat aku kompre dia pulalah yang sudah membantu ku menyiapkan semua bahan-bahan dari membantu ku mengetik, menemani ku memprint, menyiapkan makan siang untuk tim penguji, mengisikan aku pulsa untuk menghubungi tim penguji, bahkan sehari sebelum aku ujian skripsi saat aku kembali membaca skripsi ku yang ternyata ada sedikit kekhilafan dalam penulisan skripsi sehingga membuat aku menangis sejadi-jadinya ia masih terus mendampingi ku menyemangati ku menghiburku dan menguatkan aku memberikan bahu untuk ku menghapus air kata ku, dia yang mendengarkan aku menangis terisak-isak hari itu, dia pula yang dapat menghentikan tangisan ku. Dan saat ujian komprepun datang ia masih setia menunggu ku di depan pintu ruang ujian, jika teman-teman yang lain ada yang datang lalu pergi tak begitu yang dilakukan olehnya, dari awal aku memasuki ruang ujian hingga aku selesai melaksanakan ujian dia masih menunggu ku di depan pintu dengan wajah cemas dan juga khawatir kepada diri ku dan hingga nilai ujian diumumkan aku sangat berterimakasih kepadanya, karena saat itu nilai ujian skripsi ku adalah 83 yaitu A, sungguh tidak akan terbalas oleh ku segala kebaikan yg telah ia beri kepada ku sampai pada akhirnya 07 Oktober 2018 aku diwisudakan sebagai seorang sarjana pendidikan S1, semoga Allahlah yang membalas segala kebaikannya itu.
Bagi
sebagian orang skripsi memang adalah suatu hal yang sangat menakutkan. Awalnya akupun
berfikiran seperti itu karena mengingat sudah beberapa kali aku mengajukan judul
skripsi tapi belum ada yang di ACC. Namun ternyata tuhan masih ingin aku berjuang,
saat aku kehilangan semangat ku tuhan pula yang mengembalikan semangat ku dengan
sebaik-baik cara yang tidak pernah aku sangka sebelumnya yaitu dengan mempertemukana
ku dengan laki-laki yang saat ini masih berdiri disamping ku. Bahkan sekarang
aku bisa bilang bahwa delapan bulan ini aku seperti tidak mengerjakan skripsi
padahal aku sudah bersusah payah menyelesaikan skrisi ini, hal ini karena
disamping belajar dia juga ikut menyemangati ku dengan caranya sendiri, ikut
bersamanya kesana dan kesitu menjadi refreshing tersendiri untuk ku selama
skripsi, berada disampingnya setiap hari juga menjadi vitamin tersendiri untuk
ku. Mungkin memang bukan dia yang membiayai kuliah ku, bukan pula dia yang
mengirimi belanja ku tapi jika tanpa dia aku yakin aku tidak akan bisa seperti
sekarang ini, disaat seseorang sebelum dia meninggalakan ku saat aku akan
berjuang dia justru datang dan menemani ku saat berjuang. Dan mungkin orang tua dan keluarga ku tidak tau bagaimana peran nya selama aku menyelesaikan skripsi ku tapi aku
sangat tau sejauh mana ia telah berperan
selama aku menyelsaikan skripsi ku. Siang malam, panas dingin, hujan terik,
suka duka, canda tawa, sedih bahagia, sudah banyak kami lalui bersama, dan
hanya kamilah yang tau bagaimana prosesnya. Sejauh ini hubungan kami sudah
berjalan sepuluh bulan, walaupun baru tapi ini lebih berkesan dari pada hubungan
lima tahun yang pernah aku jalani sebelumnya. Karena yang ada saat susah jauh
lebih berarti dari pada yang ada saat senang. Tapi bagaimanapun akhirnya hubungan
ini esok baik atau buruk nya kekasih ku ini, ia tetap sudah menjadi yang tebaik untuk
ku, untuk masa depan ku, untuk kebahagiaan orang tua ku, karena tanpa ia aku
mungkin tidak akan bisa melalui semua ini. Terimakasih A.S.I.
Sabtu, 13 Mei 2017
My Students
Awal
pertemuan, saat dimana masa-masa PPLK disemester 7 ku, aku tidak
benar-benar yakin jika aku bisa berbaur dengan mereka, karena kondisi psikis ku
pun sangat tidak mengizinkan hari itu. Saat perkenalan aku hanya diam membisu
dihadapan mereka sembari seorang rekan ku mencoba menutupi kekakuan ku dengan
memperkenalkan aku kepada mereka, sementara aku tak mengucapkan sepatah katapun
hanya tersenyum hingga akhir pertemuan dihari pertama perkenalan itu tetap mengharuskan aku untuk ikut menyapa mereka satu persatu. Sungguh rasanya aku
tidak sanggup untuk menjalankan tugas disemester tujuh ku itu. Jangankan untuk
memikirkan mereka, memikirkan diriku sendiri saja sudah tak sanggup lagi
rasanya kulakukan. Tak yakin mereka akan menyukai dan nyaman dengan kehadiran
ku, dan tak yakin aku bisa mengontrol emosi saat berhadapan dengan mereka. Karena
tau sendiri bagaimana tingkahnya anak seusia itu. Tapi demi diri ku, masa depan
ku, ibu yang telah menguliahkan aku, ayah yang selalu mengirimi belanja ku,
serta keluarga, sahabat dan teman-teman yang tak pernah putus menyemangati ku
maka dari itu aku mencoba untuk pelan-pelan masuk kedalam dunia baru ku itu. Layaknya
memang seorang guru yang bertugas mendidik juga mengajar siswa dan siswi, aku
berusaha untuk mendewasakan diri, aku berusaha untuk tidak membawa gemelut hati
ku hari itu ke sekolah setiap kali aku mengajar. Tapi kondisi memang tidak bisa
dibohongi hingga salah satu dari mereka bertanya pada ku. Mengapa aku berbeda
dari rekan-rekan ku. Tapi aku tak bisa menceritakan apa yang sebenarnya aku
alami kepada mereka, bagi ku gemelut hati ku biarlah aku simpan sendiri mereka
tak tau apa-apa atas masalah ku justru akulah yang bersalah karena sulit sekali
bagi ku untuk menyeimbangkan posisi ku.
Seminggu,
dua minggu, sebulan, dua bulan, hingga tak terasa sudah lima bulan aku mengajar
di sekolah itu. Aku melihat mereka mulai nyaman dengan keberadaan ku hingga
tibalah waktu yang pas untuk aku menjawab pertanyaan yang selalu mereka
lontarkan pada ku, sungguh berurai air mata aku bercerita hari itu. Namun tak
ku sangka ternyata mereka memberikan support dan berbagai respon positif atas
gemelut hati ku itu, aku semakin dekat dengan meraka yang justru membuat aku
merasa sedih saat urusan ku di sekolah itu selesai dan aku harus meninggalkan mereka.
Mulai
hari itulah aku sepakat dengan hati ku untuk berdamai dengan segala hal yang
menyulitkan hari-hari ku, aku putuskan untuk tidak lagi berharap dan tidak lagi
memikirkan apa-apa yang telah berusaha menjatuhkan asa ku, aku yakinkan diri ku
sendiri bahwa betapa banyak orang-orang diluar sana yang menyayangi ku, perduli
dan sangat ingin aku kembali ceria seperti dulu. Betapa banyak orang-orang yang
tak pernah berhenti menyemangati ku.
Dan
hari ini saat aku kembali ditugaskan ke sekolah itu, sambutan histeris merekalah
yang pertama kali menyapa kedatangan ku, mereka kembali menyalami ku seperti
hari-hari aku mengajar di sekolah itu, sangat sempurna kebahagiaan yang aku
rasakan saat ini bahkan tak pernah aku merasa sebahagia ini yang justru membuat
aku merasa sangat bersyukur atas gemelut hati yang menimpa ku hari itu, karena
dari gemelut itulah aku menjadi tau bahwa mereka yang mencintai ku sudah pasti
akan selalu ada untuk ku menyemangati ku yaitu mereka siswa siswi ku, dan dari
gemelut itulah aku menyadari betapa mereka sangat berarti, tak dapat
ku bayangkan ntah bagaimana semester 7 ku jika aku tidak dipertemukan
dengan mereka hari itu, Merekalah obat dari gemelut hati ku, obat yang tak dijual
diapotik manapun itu, bahkan dokter dan psikolog pribadi ku pun tak mampu
meresepkan obat semacam itu untuk ku. Terimakasih siswa dan siswi ku.
Jumat, 28 April 2017
50%
Setelah beberapa bulan fakum karena
kesibukan proposal skripsi yang setiap hari mengejar ku, akhirnya kali ini aku
kembali memposting sebuah cerita motivasi yang semoga bermanfaat dan dapat menjadi motivasi bagi pembaca bloger.
Kali ini aku ingin sedikit bercerita
mengenai seminar proposal ku yang baru saja dilaksanakan hari ini. Tetapi ini bukan mengenai bagaimana dan dengan siapa aku memulai menulis proposal namun mengenai bagaimana dan
dengan siapa aku menjalani tahap demi tahap, step demi step, bimbingan demi
bimbingan, dan perbaikan demi perbaikan proposal skripsi itu yang pasti semua
itu tak lepas dari campur tangan orang-orang hebat yang ada disamping ku: orang
tua, keluarga, teman, sahabat, laki-laki ku dan dosen pembimbing yang tak
pernah putus memberikan suport, saran dan doa dalam bentuk apapun kepada ku.
Hari ini bertempatkan di ruang
seminar proposal kampus ku dengan jadwal yang harus dimajukan setengah jam lebih
cepat dari jadwal awal akhirya aku melaksanakan seminar proposal yang alhamdulillah
degan hasil dapat dilanjutkan pada tahap penelitian dengan sedikit perbaikan.
Ini bukan tentang rasa bahagia karena aku sudah sampai pada tahap seminar
proposal tapi rasa bahagia tentang bagaimana aku melewati setiap tahap demi
tahap yang kemudian mengantarkan aku pada tahap seminar proposal ini dan yang
pasti tahap-tahap itu tak semudah yang dibayangkan.
Sedikit flashback bagaimana
buruknya kondisi ku 9 bulan yang lalu, ketika aku baru saja memasuki semester 7
ku semester dimana aku baru saja memulai perjuangan dan perkuliahan yang
sebenarnya. Pada tahap ini skripsi memang sudah menjadi momok yang menakutkan
bagi para pejuang sarjana. Karena ujian biasanya akan lebih terasa pada tahap
ini, dan inilah yang aku rasakan. Masih terposting dengan rangkaian kata-kata
yang sebenarnya diblog ini bagaimana ujian benar-benar berusaha
memporak-porandakan semangat ku hari itu. Bahkan ujian datang tidak pernah melihat
keadaan ku. Hari itu yang aku dengar dan masih bergema ditelinga ku hingga
detik ini adalah kata-kata kasar, carutan, hinaan dan bentakan yang dilontarkan
kepada ku. “aku tidak perduli kamu sedang PPLK ataupun skripsi!” “kamu mau
pergi PPLK ataupun tidak itu terserah kamu bukan urusan ku!” Belum lagi sangsi
sosial yang masih berlanjut hingga hari ini dari orang-orang yang memandang
sinis pribadi ku semenjak hari itu sungguh membuat aku tak berani
memperlihatkan wajah diantara keramaian bahkan untuk pulang kampungpun aku harus
berfikir berulang-ulang. Sungguh semua itu lebih kejam dari pembunuhan karena
tanpa disadari segala perlakuan yang ku terima hari itu tak lain adalah bagian
dari sebuah penganiayaan yang bahkan beribu-ribu kata maafpun tidak akan pernah
mampu membayar segala kesedihan dan kekecewaanku hari itu. Itulah faktanya
godaan dunia selalu membutakan manusia, dan aku adalah korbannya, aku
tersingkirkan atas rasa sabar ku sendiri, aku tersingkirkan dengan ketiadaan ku
akan harta dan kedudukan, aku tersingkirkan dengan cara yang tidak sewajarnya.
Kembali terbayang oleh ku hari itu bertubi-tubi masalah yang datang didalam
rumah ku harus mampu aku hadapi sejalan dengan masalah yang datang didalam hati
ku sejalan pula dengan momok menakutkan di semester tua ku, tak ada tempat yang
mampu aku jadikan sandaran, aku hanya bergantung pada tuhan ku. Pendek saja doa
ku hari itu “aku meminta semoga tak ada orang lain selain aku yang merasakan
apa yang aku rasakan hari itu”.
Tapi tuhan sudah membalas dengan
sebaik-baiknya pembalasan kepada ku pasca ujian yang menimpa ku hari itu. Berkat
support yang diberikan orang-orang terdekat ku orang tua, keluarga, sahabat,
teman, dan rekan-rekan PPLK ku aku mampu melewati tahap demi tahap masa-masa PPLK
ku. Bagaimana aku dengan gemetarnya memasuki ruang kelas tak ada semangat untuk
datang ke sekolah, tak ada semangat untuk menulis dipapan tulis, namun dengan
sabar rekan PPLK yang berasal dari jurusan yang sama dengan ku mencoba untuk
membimbing ku, ia membuka awal perkenalan dengan murid-murid ku hari itu hingga
aku berani berdiri sendiri didepan kelas barulah ia membiarkan aku untuk
mengajar sendiri, setiap hari dengan wajah murung rekan PPLK ku yang lain
mencoba menjadi pendengar dan penasihat yang baik untuk semua kelu kesah ku
hari itu hingga akhirnya aku lelah bercerita hal yang sama berulang-ulang kali.
Murid-murid yang awalnya hanya siswa siswi bagi ku belakangan sebulan sebelum masa
PPLK berakhir mereka justru seperti keluarga untuk ku, dengan sendirinya mereka
tau apa yang harus mereka katakan pada ku yaitu penguatan dan doa terbaik untuk
kisah pilu ku. Dan lima bulanpun berlalu dari hari pertama aku memulai PPLK itu.
Seminggu setelah itu saat dimana aku rasa aku membutuhkan beberapa hari lagi
untuk beristirahat setelah masa PPLK panjang yang cukup menguras tenaga ku,
tiba-tiba dosen pembimbing PPLK menelepon ku dan mengharuskan aku kembali ke
kota perkulihan ku untuk pengambilan beasiswa yang ternyata diam-diam diurus
oleh pembimbing PPLK ku itu sendiri. Alhamdulillah lelah itu berubah menjadi
semangat, aku bergegas menuju kota perkulihan ku namun alangkah terkejutnya aku
ternyata bukan hanya beasiswa yang ku terima hari itu tapi juga acc judul
skripsi yang diberikan tim sleksi kepada ku ditambah IP perkulihan semester 7
dengan mata kuliah PPLK adalah 4,00 dengan nilai A. Bagaimana tidak rasa
bahagia itu kini seperti menari-nari bersama ku, karena judul skripsi yang
diacc adalah judul ke 8 yang aku ajukan. Aku yang sedari awal memang tak
mendapat fokus untuk mengerjakan apapun terpaksa harus tetap memaksakan diri
untuk meneruskan PPLK dan mengajukan judul skripsi agar tak tertinggal jauh
dari teman-teman ku. Bahkan terlintas difikiran ku hari itu untuk menyudahi
saja perkulihan ku disemester itu. Namun orang-orang terdekat tak patah
semangat menyadarkan ku bahwa keputusan ku hari itu bukanlah keputusan yang
baik untuk ku juga untuk masa depan ku. Dan setelah hari itu berlalu sekitar
pengujung bulan Januari aku mulai melakukan bimbingan proposal skripsi dengan
penguji yang Alhamdulillah inilah penguji terbaik ku, aku bersyukur tak perlu
menjalani bimbingan hingga berkali-kali banyaknya bahkan aku juga tak harus
merasakan bagaimana rasanya menunggu seharian lalu diabaikan. Tidak, dosen
pembimbing yang mementori proposal skripsi ku adalah dosen-dosen yang memang
mungkin ini keberuntungan bagi ku. Hanya membutuhkan waktu 3 Bulan dan akhirnya
proposal skripsi ku rampung untuk diseminarkan. Dan hari ini adalah pelaksanaan
seminar proposal ku. Yang alhamdulillahnya lagi saat seminar proposal
berlangsung aku mendapatkan beberapa kali A plus dari dosen penguji karena
variasi dan cara penulisan ku yang sudah cukup benar, cara ku merespon
pertanyaan demi pertanyaan dosen pengujipun ikut menjadi A plus hari ini yang lagi-lagi
dari sekian dosen yang ada pihak jurusan memberikan penguji yang cukup care
kepada ku.
Dan alhamdulillah aku sudah memasuki
50% dari skripsi ku. Tak terlalu susah tapi juga tidak mudah untuk bisa sampai
pada tahap ini ada banyak ujian yang harus aku hadapi namun ternyata ujian
itulah yang menyemangati ku bersama orang-orang terkasih yang juga ikut
mensuport ku serta Allah SWT yang selalu ambil andil dalam setiap hal ku.
Sungguhlah pembalasan Allah maha indah kepada ku, skenarionya juga jauh lebih
indah dari skenario ku. Harapan terbesar ku adalah semoga Allah memudahkan lagi
tahap demi tahap yang masih panjang ini.
Jumat, 16 Desember 2016
END
Orang bilang semakin tinggi pohon semakin kencang pula
angin yang berhembus, mungkin kata-kata inilah yang tepat mewakili keadaan ku
saat ini. Sebelumnya ku kira diri ku tak akan mampu melewati 5 bulan disemester
tua ku ini. Bagaimana mungkin aku sanggup jika setiap orang punya alasan untuk
berjalan justru aku serasa ingin berhenti ditempat dan menyudahi saja
perjalanan ku. Tapi tanpa terasa aku telah menyelesaikan 5 bulan ini dengan
sebaik-baiknya diri ku. Aku belajar banyak untuk 5 bulan ini. Bukan hanya
bagaimana cara mengajar tapi juga mendidik bukan hanya cara menerima tapi juga
memberi.
Percayalah jangan pernah bergantung pada orang lain
didalam hidup ini, karena orang yang begitu kita bela pada saat yang serupa tak
menjanjikan akan membela kita disaat yang sama, sebab akulah yang sudah sangat
belajar dari sebuah kesalahan dan akulah salah satu sosok yang tidak
seberuntung apa yang terlihat oleh mata. Diusia yang sedini ini aku telah lebih
dulu dihadapkan pada kerasnya kehidupan, beratnya ujian dan banyaknya
permasalahan. Tapi tuhan selalu menyelamatkan ku dari kehancuran. Entah
bagaimana akhirnya esok yang ku tau kali ini saat aku dipertemukan dengan
seseorang lalu kemudian aku dijauhkan berarti seseorang itu bukan yang terbaik
untuk aku yang selalu mencoba memperbaiki diri ku. Dan saat aku dipertemukan
tidak dengan orang-orang yang terbaik untuk ku ternyata ada banyak orang-orang
baik lagi setelah itu, diantaranya adalah kalian. Hy rekan-rekan seperjuagan ku
buk Isma, buk Dita dan pak Mego kalianlah yang maha tau atas kondisi psikis ku
beberapa bulan ini bukan psikiater pribadi ku ataupun psikolog langanan ku,
terimakasih kalian sudah sangat perduli dan menyemangati setiap pelangkahan ku
dan kalian siswa siswi ku ribuan terimakasih atas rasa syukur aku ucapkan
karena telah sudi berbaur ikut menghibur ku 5 bulan ini, karena tanpa kalian
mengerti apa yang sebenarnya aku alami ketahuilah bahwa kalianlah salah satu
alasan aku mampu tersenyum untuk setiap pagi.
Lalu apa yang kalian takutkan untuk pertemuan ini?
Pasti itu adalah perpisahan. Tenang! Kalian, aku, kamu semua tetap ada dan kita
harus janji pada diri sendiri, suatu hari nanti kita akan bertemu kembali dalam
keadaan yang lebih baik dari hari ini.
Langganan:
Postingan (Atom)