Hari ini 23 November 2015 adik ku
Naldi Wirangga tepat berusia 16 tahun. Dia bukan lagi anak kecil saat ini, tapi
ia sudah mulai beranjak remaja. Aku cukup mengetahui bagaimana tumbuh kembang
adik ku itu, terlebih sepeninggalan mama. Aku hanya memiliki saudara
satu-satunya yaitu adik ku Naldi yang bisa aku andalkan sebagai tempat untuk aku
bercerita dari setiap kelu dan kesah ku. Dan begitupun sebaliknya. Mungkin karena
jarak umur kami berbeda 5 tahun sehingga berbeda pula status dan perannya. Untuk
adik ku yang baru memasuki masa remaja dan masa pubertas ia lebih sering
bercerita tentang teman-teman perempuannya. Sedangkan aku lebih banyak mengadu
kesusahan ku padanya baik itu urusan uang, perhatian orang tua, bahkan tentang
hubungan ku dengan kekasih ku, namun tidak semua juga yang aku ceritakan pada
adik ku itu. Tapi syukurnya adik ku cukup mengerti dan memahami setiap apa yang
aku ceritakan padanya. Ia cukup pandai dalam mengomentari setiap cerita ku,
bahkan bukan hanya aku yang kerap menasehatinya tapi ia juga sering menasehati
banyak hal baik kepada ku mungkin aku rasa karena pendidikan agamanya selama di
pesantren cukup mendewasakan pola fikirnya.
Aku jadi teringat suatu hal yang
tidak akan pernah aku lupakan. Kira-kira 4 tahun 8 bulan yang lalu tepatnya 26
Maret 2011, pada hari Sabtu yaitu hari ke enam pada hitungan hari, dan pukul
06.00 pagi mama meninggalkan aku dan adik ku, ya mama ku meninggal dunia di
saat aku masih berusia 16 tahun sama seperti usia adik ku saat ini. Kejadian saat
itu membuat aku tidak menyukai angka 6 sampai sekarang, aku juga tak tau kenapa
kejadian saat itu harus berkaitan dengan angka 6. Namun akan ku ceritakan
sedikit peristiwa masalampau ku itu pada postingan ku kali ini. Saat itu aku
masih seorang remaja yang baru saja duduk di bangku kelas 1 SMA dan bahkan adik
ku masih sangat kecil untuk menghadapi ujian yang begitu besar di dalam
hidupnya, dimana saat itu adik ku baru kelas 5 SD. Namun sejak hari itulah aku
dan adik ku di tuntut dewasa sebelum waktunya, kami di tuntut dewasa lebih
awal, dan di tuntut untuk bisa melakukan segala hal sendiri tanpa harus
membebani orang lain. Saat itu aku sama sekali belum mengerti banyak hal, namun
tiba-tiba bagaikan petir yang menyambar di siang hari keadaan menuntut aku
untuk dapat mengerti apa yang belum seharusnya aku mengerti. Aku belum bisa
apa-apa, usia ku masih 16 tahun saat itu. Bahkan argument ku saja tak pernah di
dengarkan, lantas bagaimana aku bisa bertindak. Tapi itu semua sudah lama
berlalu, bahkan sekarang aku telah tumbuh menjadi gadis dewasa dan adik ku yang
saat itu masih kecil kini telah beranjak remaja. Untuk mama yang sekarang sudah
di surga, kami sangat menyayangi mama namun kami tau jika allah lebih sayang
kepada mama. Kami telah iklas atas kepergian mama 4 tahun 8 bulan yang lalu. Dan
kami sudah ridho jika kami harus tumbuh dan berkembang dengan cara seperti ini.
Paling tidak dengan kejadian ini kami telah belajar banyak hal di dalam hidup. Tidak
seperti anak-anak lain yang baru belajar menyuci dan menyetrika baju mungkin
ketika mereka menginjak remaja tapi untuk adik ku yang saat itu masih berusia
11 tahun ia sudah bisa menyuci dan menyetrika bajunya sendiri begitupun dengan
aku yang saat itu berusia 16 tahun namun aku sudah bisa menjadi kakak sekaligus
ibu untuk adik ku. Dan saat ini adik ku berusia sama seperti usia ku saat mama
meninggalkan aku dan adik ku dulu. Tenanglah di surganya ma, lantunan ayat-ayat
suci al-qur’an dan juga doa selalu kami panjatkan dan kami hadiahkan untuk mama
di sana.
Untuk adik ku Naldi Wirangga selamat
ulang tahun yang ke 16 tahun, semoga selalu di berikan kesehatan, dan selalu
berada dalam lindungan allah swt, amin. Teruslah menjadi pribadi yang baik
bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain, juga teruslah
menjadi pribadi yang menyenangkan untuk orang-orang yang ada di sekeliling mu. Rajin
belajar dan jangan pernah tinggalkan sholat, semoga suatu hari nanti kita bisa
sukses dan bisa membanggakan kedua orang tua kita. Amin. Kali ini aku mengirimi adik
ku itu kado lagi, seperti tahun sebelumnya aku mengirimkan kado dari pos. Untuk
kali ini karena kemarin kacamata adik ku patah jadi aku memberikannya kado
sebuah kacamata berlensa minus 2,75 karena mengingat ia jauh lebih membutuhkan
kacamata di bandingkan yang lainnya. Sebab kacamata adalah satu-satunya alat
bantu penglihatannya yang adik ku gunakan di saat ia belajar. Sekarang adik ku
tak perlu lagi memikirkan kacamatanya yang sudah patah dan papa juga tak perlu
khawatir memikirkan uang untuk membeli kacamata baru untuk adik lagi. Selain kacamata aku juga
memberikan adik ku sebuah sandal dan juga baju kaos yang lagi laris-larisnya di
pasaran saat ini. Semoga semua yang aku berikan sebagai kado ulang tahun untuk adik
ku tersebut dapat bermanfaat dan berguna untuknya. Dan alhamdulillah, meskipun adik ku tidak membawa hp ke ponpesnya tapi adik ku sudah mengabari ku jika kado yang aku kirim beberapa hari yang lalu itu telah di terimanya dan ia mengucapkan terimakasih pada ku dengan menggunakan hp temannya, itulah adik ku, masih
remaja tapi fikirannya cukup dewasa, ia tidak ingin membuat aku khawatir dan
bertanya-tanya mengenai status kado yang aku kirim tempo hari itu. Aku senang
bisa memberikan sesuatu yang sangat adik ku butuhkan. Tak usah risaukan dari mana
aku dapatkan uang untuk membeli semuanya jika papa ku saja sampai menggerutu pada
ku memikirkan bagaimana mencari uang untuk membeli ganti kaca mata baru untuk
adik ku kemarin. Alhamdulillah semuanya halal, benar-benar dari usaha ku dalam menabung
sisa-sisa uang belanja ku dan insyaallah jika niat kita baik dan iklas selalu
ada rezeki yang allah berikan kepada kita. Allah itu maha kaya dan maha baik. Terimakasih
ya allah, aku bahagia bisa melakukan hal yang bermakna dan berkesan baik untuk
orang-orang di sekeliling ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar