Minggu, 01 November 2015

Ini Aku, Ini Kisah Ku, Kisah Cinta Ku !




Di dalam hidup kita akan bertemu dengan dua orang, yaitu mereka yang salah dan mereka yang benar. Kita tidak pernah mengetahui mengapa kita di pertemukan dengan mereka namun yang pasti tuhan mempertemukan kita dengan mereka semata-mata agar kita mampu mengambil sebuah pelajaran dari setiap kisahnya.
Begitu pula halnya dengan cinta. Kita tidak akan pernah tau akan jatuh dan cinta kepada siapa, apakah dia orang yang benar ataukah orang yang salah. Namun yang kerap di jumpai seseorang sering kali jatuh cinta kepada orang yang salah namun di anggapnya benar. Bahkan terkadang tuhan masih setia menunjukkan siapa yang benar dan salah kendati diri masih tetap mempertahankan yang salah dengan harapan akan ada suatu perubahan untuk menjadi benar.
            Ini kisah ku, kisah cinta ku. Berawal dari tanggal 03 Juli 2011 tepatnya 52 bulan yang lalu hubungan ini aku mulai. Sebuah kisah yang cukup dramatis untuk remaja seusia ku ketika itu, bahkan aku tidak pernah membayangkan jika akan bertahan sejauh ini bersamanya, jika akan melewati banyak hal seperti ini dengannya, dan jika akan melalui segala sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan. Saat itu aku hanyalah seorang remaja yang tidak mengerti apa-apa. Terlebih kondisi ku saat itu tengah drop sepeninggalan ibu ku. Selepas beliau pergi aku benar-benar merasa sendiri dan sejak saat itu pula aku di tuntut untuk menjalani peran ganda di dalam keluarga ku, aku sebagai anak dari ayah ku, juga sebagai kakak sekaligus ibu untuk adik ku. Namun pada kenyataannya aku hanya remaja belasan tahun saat itu. Aku bisa saja jatuh dan terpuruk jika tak ada penopang apapun yang menguatkan ku. Hingga laki-laki yang aku pacari sejak saat itu dan hingga hari ini datang kepada ku. Ia bagai penyejuk dari setiap kegundahan ku, ia mampu membuat ku tersenyum di dalam kondisi terburuk ku, bahkan ia mampu menjadi pelita di setiap kegelapan ku. Bukan aku menyanjunngnya berlebih-lebihan, namun itulah yang aku rasakan. Dengannya aku merasakan kasih sayang dan kehangatan cinta dan kasih yang tidak pernah lagi aku peroleh di rumah sepeninggalan ibu ku. Terbukti bagaimanapun keadaan ku ia mampu membuat ku merasa nyaman jika telah bersamanya.
Hingga aku merasakan jika cinta ku itu telah membutakan ku. Bukan lagi perasaan tapi juga pikiran ku. Aku melalui banyak hal bersamanya hingga aku lupa jika hubungan ku bersamanya tidak serta merta selalu mulus seperti apa yang aku bayangkan dan aku harapkan. Awalnya aku merasa baik-baik saja, aku menikmati hampir setiap detik yang kami lalui bersama, aku bahagia, yang aku rasakan aku inginkan dia bersama ku untuk selamanya, namun saat itu ku lihat kembali status ku. Aku masih seorang remaja sma. Selulus ku sma, ku coba mencari peluang agar bisa berkuliah bersamanya, walaupun aku S1 dan dia S2, setidaknya aku dan dia berada di satu tempat yang sama yaitu kota padang ini. Sudah tiga kali aku mengikuti tes untuk memasuki perguruan tinggi yang sama di kampusnya namun tiga kali itu pula tak ada peluang untuk ku, mungkin jalan ku tidak di sana, hingga aku harus mencoba peluang lain yaitu di kampus swasta. Sempat aku pertimbangkan keinginan ku itu, mengingat uang kuliah swasta biasanya jauh lebih mahal dari pada negeri, aku tak mau membebani ayah ku terlalu berat dalam hal ini. Ku kumpulkan semua informasi mengenai kampus swasta yang ada di kota padang ini, ku cari yang uang semesternya paling murah hingga ku temui satu kampus keguruan yaitu STKIP PGRI, jaraknyapun tak terlalu jauh dari kampus kekasih ku itu yaitu UNP. Aku cukup berlega hati saat itu, tes di kampus swasta aku mendapatkan peluang yang baik, aku lulus di sana dengan jurusan yang aku inginkan yaitu pendidikan sosiologi. Aku bersyukur tuhan selalu baik kepada ku ia selalu mengasihi ku dan memberi kemudahan meskipun setelah kesusahan ku. Dari hari itu 23 Agustus 2013 aku resmi menjadi mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat jurusan pendidikan sosiologi.
Dekat? Ya kami semakin dekat, semakin rapat, aku dan kekasih ku saat itu berada di satu tempat yang sama di kota padang ini, dengan perjuangan yang sama yaitu toga. Kami bisa bertemu kapanpun kami mau, kami bisa jalan-jalan kemanapun yang kami suka, hampir tak ada jarak yang memisahkan, lepas dari kontrol orang tua dan keluarga kami berdua saling menjaga selama berada di rantau ini. Kami seling melengkapi dan mencukupi ntah itu ketika belanja habis, beras habis, sambal tak ada, bensin kosong, atau sebagainya kami melengkapi. Namun perjuangan cinta ku bukan berarti berakhir di sana dengan bahagia.
Apa yang orang-orang katakan menegenai cinta yang sesungguhnya baru saja akan ku mulai ketika itu. Aku mulai menegerti mengapa cinta bisa menjadi sesuatu hal yang berharga untuk sebagian orang, terlebih bila telah mempertahankan dan memperjuangkan cintanya dengan segala daya dan upaya. Itu yang aku rasakan ketika itu. Sedari awal aku mengenal kekasih ku itu, sudah lebih dulu aku tanamkan di dalam hati ku, akan bagaimana hubungan ku dengan keadaan ku yang tidak sama dengan anak-anak lainnya. Untuk seorang anak dengan status keluarga seperti ku tidak ada waktunya untuk ku untuk bermain-main dalam mencintai seseorang, bahkan tidak pernah terfikir di dalam hati ku untuk mempermainkan perasaan sesorang yang aku kasihi atau bahkan membalas hal yang sama seperti sakit hati yang pernah aku rasakan dari sosok yang berbeda sebelum dia. Dari awal aku mengenalnya ku telah membulatkan tekat ku jika hubungan ku ini bukan sekedar canda gurauan. Ini adalah keseriusan ku untuk menatap masa depan yang aku harapkan akan aku lalui bersamanya suatu hari nanti. Maka dari itu aku berani mengambil semua keputusan besar nan berharga untuk ku dalam menyikapi setiap persoalan, bahkan tak jarang aku berlapang hati memaafkan, member peluang setiap kali pertengkaran terjadi di dalam hubungan ku.
Namun di tahun kedua aku menjalani hubungan dengannya, semua kebahagiaan itu mulai berubah sejak kedua mata ku mulai terbuka dengan apa yang tengah aku jalani bersamanya. Aku bahagia hampir setiap saat bersama, melalui waktu yang lama sehingga merasa waktu tak pernah cukup untuk ku habisi berdua dengannya. Rentang umur yang berbeda cukup jauh di antara kami berdua adalah penyebab semuanya berubah untuk ku. Status ku yang saat itu hanyalah mahasiswa tingkat awal S1 dan dia S2 tentulah memiliki peran yang berbeda pula. Ia telah memiliki gelar di belakang nama lengkapnya yaitu S.Pd. Aku hampir lupa jika nama ku hanya sebaris nama panjang tanpa gelar yang sama, aku hampir lupa jika status keluargapun kami berbeda. Ia berasal dari orang berada meski kendati keluarganya broken home. Tapi tetap saja, aku adalah seseorang yang berasal dari keluarga yang sangat sederhana, dengan kesederhanaan aku mencoba mencukupi segala kebutuhan.
Ketika itu tes PNS baru saja di mulai,  berkaitan dengan tes PNS tersebut terjadi suatu perkara yang sangat mengguncang perasaan ku, rasanya mungkin tak pantas jika harus ku ceritakan kembali kronologinya, sebab mungkin akan ada orang yang bisa saja marah pada ku, tapi aku yakin bahwa tidak akan ada orang yang merasa bersalah pada ku meskipun aku menceritakan kronologinya. Namun aku tidak selicik itu, aku bisa menjaga perasaan orang-orang yang ada di sekeliling ku. Yang perlu aku ingat adalah jika persoalan ketika itu begitu teramat sangat mengoncang ku bahkan masih terasa hingga hari ini.
Dari hari itu semuanya berubah untuk ku. Termasuk hubungan ku dengan kekasih ku. Aku mulai menyadari jika saat itu aku bukan lagi seorang remaja SMA seperti pertama kali aku mengenal kekasih ku 52 bulan yang lalu. Saat itu aku sudah menyandang status sebagai mahasiswa. Cinta ku bukan lagi cinta monyet. Aku mulai sadar dan mulai berfikir bagaimana ujungnya hubungan ku ini? Akan di bawa kemana nantinya hubungan ku ini? Aku mempertahankan dan memperjuangkan hubungan ini bukan semata-mata kekonyolan yang aku lakukan. Berlandaskan cinta dan rasa sayang yang luar biasa aku iklaskan dan aku rido selama 52 bulan ini bersabar hati mempertahankan dan memperjuangkan hubungan kami, menghadapi tingkah lakunya yang setiap saat bisa saja berubah-ubah, belum lagi keributan kecil hingga keributan besar yang kerap datang. Tak perlu ku hitung sedih, duka, dan nestapanya perasaan ku selama 52 bulan ini karena yang perlu aku hitung aku merasakan kebahagian dengannya. Dan itu yang hingga hari ini menjadi alasan mengapa aku masih terus memperjuangkan hubungan ku meski banyak permasalahan yang datang dan pergi menghampiri kami.
Namun demikian aku cukup peka, dan aku cukup tau, siapa aku, status ku, dan juga keluarga ku. Tidak ada satu halpun yang dapat aku banggakan dari diri ku, keluarga ku bahkan status ku. Itulah mengapa saat ini aku mulai menyimpan semua mimpi dan harapan ku yang sebelumnya begitu sering aku umbar dan aku ucap kepadanya. Bahkan mungkin dia kekasih ku sendiri sudah malas mendengarkan celotehan ku dan aku pun sudah cukup lelah mengulang ucapan dan pertanyaan yang sama. Yang ada di fikiran ku saat ini ialah "berjuang" ! Ya berjuang terlebih dahulu untuk menyelesaikan studi ku ini, hingga aku merasa mapan untuk mengulang pertanyaan yang sama kepada mu dan berharap ONE DAY pertanyaan itu akan ada jawaban yang engkau berikan kepada ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar