Jumat, 15 Juli 2016

Sendu 8 Bulan Ku



Kali ini aku telah mendapatkan jawaban dari pertanyaan panjang ku. Yaitu pertanyaan mengenai status hubungan ku, hubungan yang 8 bulan belakangan ini sudah sangat menyusahkan aku. Seminggu yang lalu tuhan memberi kesempatan pada ku untuk bisa bertemu bertatap muka berdua dengannya, membicarakan hal yang sedikit sulit untuk dicerna oleh logika. Dan kali ini rasanya ingin aku tumpahkan semua kata-kata yang tertahan diujung lidah ku dengan panjangnya postingan ku.
Delapan bulan belakangan ini sepertinya tuhan memang tengah sangat menguji ku. Hubungan yang sudah lima tahun aku jalani ini kini menggantung untuk ku. Aku yang tak tau mengapa, ada apa, dan harus bagaimana membuat aku menerka-nerka sendiri dengan bahasa ku. Namun kini aku sudah bisa kembali memposisikan diri ku. Seminggu yang lalu aku berhasil menemui kekasihku itu, ia mengawali pertemuan kami hari itu dengan melontarkan sebuah pertanyaan kepada ku “kenapa masih mau pada ku?”, Yang maksudnya ia bertanya mengapa aku masih menginginkannya. Ntah apa maksudnya bertanya seperti itu pada ku, bisa jadi ia menyadari sesuatu yang mungkin tak bisa ia ceritakan pada ku. Namun yang pasti aku sama sekali tak bisa menjawab pertanyaan itu. Aku sempat terdiam sejenak menghela nafas dan menahan tangis yang rasanya telah sampai di ujung kelopak mata ku. Aku hanya bisa menjelaskan padanya sesuatu yang memang seharusnya ia tau dari ku. Bahwa sebenarnya tak ada jawaban dan alasan kenapa aku masih menginginkannya, karena bagi ku aku mencintai dan menyayanginya dan karena itu aku masih menginginkannya dan karena itu pula aku terus mempertahankan dan memperjuangkannya ada ataupun tanpa ia menganggap keberadaan ku.
Selesai pada pertanyaan itu ia juga menjelaskan sesuatu pada ku, ia mengatakan bahwa saat ini dirinya tengah bosan, bosan pada ku, dan pada semua yg ada. Ia ingin bebas, tanpa ada yang mengatur dan melarangnya, tanpa ada yang cemburu dengan semua kegiatannya, tanpa ada ikatan dan status yang menyulitkannya dan karena itu ia mengantungkan hubungan ini pada ku. Sesungguhnya disanalah letak perbedaan itu. Ia yang lebih tua 5 tahun dari ku dan memiliki pola pergaulan yang lebih luas dari ku sebenarnya sudah menjadi tugas ku untuk mengerti setiap rutinitasnya. Bukankah selama ini aku tak pernah membatas-batasi geraknya, apa lagi melarang-larang kegitannya. Selama di Padang aku mungkin acap kali berkoar tak menyukai hobi gamenya namun kendati aku tetap mengizinkan ia untuk bermain game. Aku sadar betul saat ini kebosanan memang tengah membelenggu perasaan kekasih ku itu, dan menghadirkan diskomunikasi adalah caranya untuk menjauhi ku. Namun bukankah sebenarnya kebosanan itu adalah suatu ciri dari kestabilan sebuah hubungan, untuk sadar betapa kekanak-kanakannya menyudahi sebuah hubungan hanya karena bosan. Butuh pribadi yang dewasa dan berani berkomitmen untuk menyikapinya. Tapi dibalik semua itu ia telah menjawab pertanyaan panjang ku, sebuah argument yang dapat meyakinkan aku bahwa penantian ku bukan suatu hal yang sia-sia untuk aku teruskan. Ia kembali menjelaskan pada ku, bahwa suatu hari nanti ia tetap ingin membina keluarga dan menikah dengan ku terlepas bagaimana pula lagi nanti permainan tuhan setelah ini pada ku. Ya, hanya itu yang perlu aku tau, yaitu penantian ku bukan suatu hal yang sia-sia dan karena itu aku melanjutkan untuk menunggu walaupun untuk saat ini ia tak bisa memastikan apa namanya hubungan yang menggantung diantara kami ini.
Ia meminta aku untuk menunggunya, karena keinginannya untuk menghalalkan aku itu ada hanya saja tak tau kapan waktunya. Aku sedikit menyangga perkataannya mengenai hal yang satu ini “kenapa aku yang harus menunggu mu? Seharusnya kamulah yang menunggu ku, aku belum menjadi siapa-siapa, aku belum menyelesaikan kuliah ku, adik ku juga belum menyelesaikan sekolahnya dan kamulah yang seharusnya menungguku” ternyata ia menghawatirkan aku, menghawatirkan jikalau suatu hari nanti akan ada orang lain yang lebih dulu meminang ku, seperti banyak kejadian yang sudah-suudah didesa ku. Mungkin wajar jika ia meghawatirkan hal itu terjadi pada ku karena pada kenyataannya akupun menghawatirkan hal yang sama terjadi pada nya. Tapi seharusnya dia tau bahwa kekhawatiran itu ada untuk dihadapi bersama bukan membiarkan salah satu menghadapinya sendiri.
Menanggapi permintaannya untuk menunggu hingga ia siap menghalalkan ku, aku menjelaskan padanya sesuatu yang memang tak bisa aku ceritakan secara detail, cukup aku dan orang-orang terdekat ku yang tau bahwa aku memiliki prinsip dalam mencintainya namun tak perlu ia tau apa prinsip itu, cukup ingat saja jika aku tetap inginkan dia dan aku tetap menunggunya. Sekalipun tidak ada yang percaya jika prinsip itulah yang sebenarnya menguatkan aku. Aku memang tidak menjanjikan pasti prinsip itu padanya karena islam memang tidak membenarkan berjanji yang berarti memastikan sesuatu. Namun aku mengatakan padanya meski prinsip yang ku pegang itu bukan sebuah janji namun ia bisa memagang perkataan ku, bahwa aku mempunyai prinsip mencintainya. Dan jangan jadikan kekhawatiran itu sebagai sesuatu yang menakutkan untuk mempertahankan aku.
Pada pertemuan hari itu, ia juga sempat mengomentari penampilan ku. Salah satunya mengenai make up ku. Ia sedikit menggerutu melihat tebalnya alis mata ku. Seperti komentar yang pernah aku terima sebelumnya, dulu ia pernah mengomentari eyeliner atas dan bawah mata ku, lantas aku pun langsung menghilangkan eyeliner itu dari mata ku bahkan hingga hari ini aku sama sekali sudah tidak lagi menggunakan eyeliner dimata ku. Dan saat itu aku sempat mengatakan padanya untuk tidak mengomentari alis mata ku karena alis mata ku sangat tipis sehingga aku memerlukan pensil alis agar terlihat tebal dan agar mata ku bisa terlihat lebih hidup. Namun kali ini ia mengomentari alis mata ku, dengan penuh kesadaran ini juga adalah kesalahan ku mungkin terlalu menebal-nebalkan alis mata ku, dan dari hari ia menegur ku itu. Akupun memutuskan untuk tidak lagi menggunakan pensil alis. Namun sebenarnya ada sesuatu yang harus ia sadari dari aku, yaitu saat ini aku bukan lagi gadis kecil pelajar SMA dengan wajah polos tanpa riasan apa-apa seperti awal ia mengenal ku 5 tahun yang lalu, ia juga harus menyadari bahwa lamanya waktu yang berjalan di antara kami ternyata telah membawa aku menjadi seorang remaja dewasa yang sudah mulai berbaur dengan orang-orang di atas pelajar SMA yaitu guru-gurunya dan wajar saja jika aku sedikit menyesuaikan penampilan ku. Aku senang ia mau mengomentari penampilan ku, karena dengan begitu aku bisa membenahi diri ku dan ada satu hal yang juga harus ia tau dari ku yaitu akulah orang yang mau berubah dan mau menerima setiap masukan dan saran darinya.
Aku memang tidak sama dengan perempuan pada umunya, namun yang seperti ku tidak akan ada, jikalah perempuan diluar sana bisa bergonta ganti pasangan sesuka hatinya namun tidak untuk ku. Tak ada waktu jika harus mempermainkan perasaan laki-laki hanya untuk kesenangan ku. Mungkin karena keadaan didalam rumah yang sudah sangat memusingkan aku sehingga membuat aku berfikir jika memang tidak untuk diseriuskan untuk apa di jalankan. Toh ujungnya hanya akan membuat pilu hati ku dan menambah beban fikiran ku. Dan mungkin karena itulah sejauh hubungan ini berjalan yaitu 5 tahun aku mulai memikirkan masa depan hubungan ini, mengingat saat ini diri ku hanya hidup seorang diri dan sejujurnya aku  merasa kesepian 5 tahun belakangan ini. Namun bedanya jika aku pernah nyaman pada seseorang aku enggan meninggalkannya apa lagi beranjak darinya. Bukankah orang-orang bisa melihat banyak contoh dari ku. Sejak SMP kelas 3 aku mempunyai seorang sahabat perempuan bahkan hingga hari ini kami masih bersahabat, hubungan diantara kamipun masih terjalin baik, kami tak pernah ribut apa lagi hingga tak bertegur sapa. Meskipun saat ini kami kuliah di daerah yang berbeda namun saat ada kesempatan untuk bertemu seperti libur semester aku ataupun dia selalu menyempatkan diri untuk bertemu. Begitu pula dengan sahabat perempuan ku yang satu lagi, aku mengenalnya sudah sejak aku menginjak kelas 2 SMA hingga ia akan menikah selang beberapa bulan lagi persahabatan kami masih seerat dulu, kami juga kuliah dengan jurusan dan ditempat yang berbeda, namun saat hari libur acap kali kami saling berkunjung walau sekedar hanya untuk bercengkrama saja. Dan seperti itu pula urusan cinta ku. Lima tahun hubungan ini ada, aku masih nyaman pada satu laki-laki yang berhasil mencuri hati ku. Meskipun hubungan ini LDR, ia tak melihat rutinitas ku, kendati tak pernah ada niat untuk berpaling darinya, padahal di kota ku, aku tinggal berbaur dengan banyaknya laki-laki disekeliling rumah ku, jika aku mau bisa saja aku memilih salah satu dari mereka itu. Aku juga perempuan yang paling detail untuk semua urusan, termasuk urusan cinta ku. Saat bepergian dengannya aku bisa bertanya hingga berulang kali jika urusan hp atau dompet, takut-takut tertinggal di tempat kami berhenti. Aku juga selalu mengingat moment-moment dalam hubungan ku bahkan aku mencatat semuanya didalam diary ku, aku mencatat apa saja hal yang tak ia sukai, aku memperhatikan apa saja yang ia perlukan. Sehingga saat perayaan moment-moment tertentu aku tau kado apa yang harus aku beri untuknya. Saat ia mulai sibuk dengan tugas wasitnya aku melihat ia membutuhkan jam tangan, dan saat ia kembali dari Batam aku melihat ia membutuhkan tas ransel, dan saat hubungan ini mulai renggang aku melihat ia membutuhkan cincin di tangan. Namun itulah aku. Berusaha mendewasakan diri adalah salah satu komitmen ku, menyadari bahwa komunikasi adalah satu hal yang penting dalam sebuah hubungan adalah prioritas ku. Itulah mengapa aku bersikeras ingin mengembalikan hubungan ini seperti sediakala. Jikalau ada pertanyaan yang sampai di telinga ku. “Apakah aku tidak bosan, apakah aku tidak lelah?” Sejujurnya “iya!” namun menyadari betapa kekanak-kanakannya menyudahi hubungan hanya karena bosan juga merupakan sugesti dalam fikiran ku. Dan karena itulah aku terus mempertahankan apa yang telah aku mulai dengan baik dari 5 tahun yang lalu.
Terkadang aku berfikir, seandainya dia tau bagaimana rasanya menjadi aku, apakah ia akan mengerti kesedihan ku saat ini? Sedikit menyalin kembali isi diary ku disini. Delapan bulan belakangan, hubungan ini memang sudah sangat menyulitkan aku. Bagaimana tidak. Hubungan ini mengantung untuk ku. Aku berusaha meluruskan segala kemiringan yang terjadi diantara kami namun aku tak bisa. Saat itu aku mengunjunginya ke Muara Bulian untuk kali petama, libur semester yang lebih dari dua minggu hanya aku lewati seminggu di kampung, selebihnya aku menghabiskan libur di Muara Bulian. Bersyukurnya aku. Aku mempunyai teman-teman yang cukup bisa menopang kesedihan ku. Saat itu aku sedikit berhasil memperbaiki hubungan ku, komunikasi yang merupakan kendala terbesar didalam hubungan ku mulai membaik. Tapi sayangnya keadaan baik-baik saja itu hanya bertahan saat itu saja. Padahal saat kunjungan pertama, aku sempat berfikir hubungan ini benar-benar sudah membaik sehingga timbul argument ku “nanti saat aku kembali mengunjungi kota ini, semoga status ku bukan lagi sekedar kekasih untuknya tapi seorang istri untuknya, sehingga saat kunjungan ku berikutnya aku tak susah merepotkan teman-teman ku untuk menumpang tinggal karena aku sudah bisa ikut tinggal bersamanya sebagai suami ku” Namun kenyataannya tak sampai sebulan seusai kunjungan pertama ku keadaan kembali memburuk. Kesalahan kecil selalu dibesar-besarkan, sehingga membuat konsentrasi ku menjadi terganggu. Tiga bulan dari kunjungan pertama ku fikiran ku terus mengantung dan bertanya ada apa dengannya? Tak puas dengan hal itu lantas aku kembali mengunjunginya ke Muara Bulian untuk kali kedua, tepatnya sebelum UAS ku. Tujuan ku masih sama yaitu tekat ku ingin mengembalikan hubungan ini seperti sedia kala. Keputusan ku untuk kembali mengunjunginya itu bukan semata-mata karena ambisi ku namun juga telah menimbang banyak hal dari ku. Diantaranya aku berharap dengan kunjungan kedua sebelum UAS ku itu, keadaan hubungan ku bisa membaik sehingga aku bisa fokus saat UAS, selain dari pada itu masa PL 5 bulan setelah lebaran yang tidak memungkinkan aku mengunjunginya itupun membuat aku mengunjunginya jauh-jauh hari sebelum PL dimulai, tapi disamping semua pertimbangan itu sebenarnya ada banyak hal yang aku korbankan, diantaranya adalah waktu, aku terpaksa memilih minggu tenang yang hanya sebentar untuk mengunjunginya dengan resiko aku harus menunda menyelesaikan semua tugas semester yang harus aku selesaikan selama libur minggu tenang dan harus aku kumpulkan saat UAS waktu itu; kedua jarak, jauhnya jarak antara Muara Bulian dan Padang sepertinya memang menjadi sesuatu yang harus aku lawan sekalipun ada perasaan takut ku saat berjalan jauh sendirian, belum lagi saat dijalan aku adalah orang yang mabuk perjalanan, tapi mengingat dulu saat masa PL kekasih ku itu ia tak pernah bosan mengunjungi ku sekali dalam dua Minggu dan akupun selalu menunggu kedatangannya ketika itu maka tak ada salahnya saat ini ketika aku sudah mulai bisa bepergian sendirian adalah giliran ku yang mengunjunginya walau hanya beberapa hari saja disana; tiga biaya, untuk hal ini aku menjadi merasa sangat berdosa, dari mana aku dapatkan biaya untuk mengunjunginya ketika itu yang jelas cara ku saat itu benar-benar mendurhakai diri ku, tak mungkin aku ceritakan disini tapi diary ku sudah cukup lengkap menceritakan kedurhakaan ku. Ampunilah aku. Setelah merasa semua perencanaan untuk kunjungan kedua matang dengan semangatnya aku beranjak meninggalkan kota Padang. Namun ternyata sesampainya aku disana. Pilu jika harus menyalin isi diary ku untuk cerita yang satu ini. Tapi yang paling menyedihkan untukku saat itu adalah ketika aku akan kembali ke kota Padang, tak seperti kunjungan pertama ku, pada kunjungan kedua ini ia tak turut serta mengantar ku saat akan menunggu bus yang akan aku naiki ke kota Padang. Keadaan mata ku yang rabun dan tak bisa dengan jelas melihat ini merupakan kendala ku saat melihat kedatangan bus dari arah Jambi. Teman-teman bahkan kakaknya menanyakan pada ku, kemana ia saat itu? Tapi tak satupun pertanyaan itu bisa aku jawab dengan benar. Sepanjang perjalanan menuju kota Padang air mata ku mengalir dalam gelapnya suasana malam. Sungguh kujungan ku kesana bukan untuk liburan seperti yang ia fikirkan.
Beranjak dari kunjungan kedua ku, ramadhanpun menyapa ku dengan lembut setelah itu. Aku menghabiskan tiga minggu ramadhan di kota Padang. Hal itu aku pilih mengingat saat kunjungan ku ke Muara Bulian aku sempat berpesan pada kekasih ku itu jika aku akan berpuasa di Padang hingga akhir Juni. Selain tak ada keluarga yang benar-benar memberatkan aku untuk pulang kampung dan berpuasa dikampung berharap kedatangan kekasih ku itu juga merupakan alasan mengapa aku memilih menghabiskan tiga minggu ramadhan di kota Padang. Namun ternyata hingga ramadhan berlalu ia tak datang menemui ku. Sempat aku ditimpa musibah ketika ramadhan itu. Hari kedua berpuasa aku terjatuh dikamar mandi. Keadaan ku sangat parah, bahkan aku hampir mati karena kejadian itu, kepala ku terbentur di kramik kamar mandi sehingga bengkak, seluruh tubuh ku biru dan sakit, bahkan untung mengoles salaf kekepalapun aku tak bisa. Bayangkan, ketika itu di kos hanya ada aku, tak ada yang menjenguk ku, bahkan menelepon ku, aku memang sengaja tak memberi tau siapa-siapa musibah itu karena berpuasa di Padang adalah keputusan ku. Aku hanya memberi tau keadaan ku pada kekasih ku, tapi sayangnya ia tak begitu memperdulikan keadaan ku. Bagaimana aku setelah itu, dimana aku berobat, bagaimana perkembangan keadaan ku ia tak menanyakannya pada ku, padahal dulu ketika aku kecelakaan ia yang mengoles salaf di kepala ku bahkan hingga aku terlelap di pangkuannya. Tiba-tiba aku tersadar, mungkin itu adalah cara tuhan menyadarkan aku bahwa aku telah berlebih-lebihan dengan perasaan ku. Tuhan sengaja membenturkan kepala ku ke kramik agar aku sadar apa yang ada di dalam semangat ku hanya sebuah nafsu dunia yang tidak terbalas. Aku berusaha mencari celah agar mendapat kejelasan tentang hubungan ini. Bahkan ketika ia baru mencari ku saat masa sulitnya aku tetap ada untuknya.
Pernahkah kalian menolong sesama? Menolong apa membantunya? Ternyata menolong dan membantu itu berbeda. Hari itu. Ia memiskol ku, setelah beberapa minggu dari kunjungan ku itu membuat kami kembali diskomunikasi. Ku kira ia telah salah menekan nomor telepon. Ternyata tidak, ia memiskol ku untuk memastikan aktif atau tidak nomor ku dan setelah itu ia menelepon line aku hingga pagi menjelang. Seperti biasa ternyata ia mencari ku karena memang ia tengah membutuhkan bantuan ku, ntah untuk apa gunanya yang jelas hari itu ia meminjam sejumlah uang yang tidak sedikit pada ku dan meminta aku untuk mentransfer sebelum jam 8 pagi. Aku yang sangat sulit bangun pagi terpaksa memasang alarm di hp dan segera mentransfer sejumlah uang seperti yang ia minta tepat di jam 8 pagi. Aku sempat memastikan pada pihak terkait tentang kegunaan uang itu namun ternyata apa yang aku peroleh berbeda dengan apa yang ia katakan pada ku. Tapi aku tak berkomentar apa-apa sekalipun aku tau kebenarannya, karena menurut ku ia hanya meminjam uang ku, ya tugas ku hanya mentransfer dan menunggunya mengganti. Akupun memberi jeda beberapa minggu untuk ia mentransfer uang itu kembali pada ku mengingat uang itu akan aku gunakan sebagai ongkos ku berkunjung ke Pekanbaru, tapi karena masih belum ada respon apa-apa darinya akupun mencari pinjaman uang pada teman ku untuk ongkos keberangkatan ku ke Pekanbaru, dan kembali aku memberi jeda agar ia menganti seusai liburan ku saja sebelum aku kembali ke Kerinci. Namun ternyata sesampai aku di Pekan adik sepupu ku tiba-tiba mengajak aku untuk ikut berbuka puasa bersama teman-temannya disebuah hotel berbintang yang saat itu menghabiskan bajed lebih dari 700.000. Karena tak enak menolak ajakannya akupun mengikuti adik ku itu. Aku kembali menghubungi kekasih ku menanyakan uang yang ia pinjam ketika itu, tapi apa yang aku peroleh, saat itu tiba-tiba teman ku menelepon ku mengatakan bahwa kekasih ku mencoba menggodanya dengan meneleponnya. Alangkah terkejutnya aku, padahal sedari pagi aku mencoba menghubungi kekasih ku tapi telepon ku dimatikan, sms ku tak di balas, jangankan berkata uangnya belum ada, berkata uangnya sedang diusahakan saja tidak. Aku benar-benar kalang kabut hari itu. Tak ada sepeserpun uang yang tersisa di dompet ku. Dan syukurnya adik ku cukup mengerti aku, ia meminjamkan aku uang hari itu. Benar tak habis fikir ku ternyata itulah perbedaan menolong dan membantu. Ada kala kalian harus iklas menolong seseorang sekalipun balasan yang kalian terima berbeda. Bahkan hingga hari ini aku sudah mengganti uang teman ku yang aku pinjam untuk ongkos keberangkatan ku ke Pekanbaru hari itu dengan uang semester ku, yang akibatnya kali ini aku kekurangan uang semester ku dan sekarang yang ada difikiran ku bagaimana caranya aku harus lebih dulu ke Padang mengurus despensasi atau membayar setengah dulu uang semester ku. Setelah aku bertanya pada teman-teman ku yang pernah membayar setengah uang semesternya dan alhamdulillah mungkin memang rezeki ku ternyata pembayaran setengah uang semester atau despensasi pembayaran hanya berlaku pada semester ganjil dan tidak berlaku pada semester genap karena pada semester genap diadakan pembukuan oleh pihak kampus dan saat ini adalah semester ganjil ku, yang berarti aku bisa membayar setengah dulu uang semester ku. Tinggal aku berfikir bagaimana cara ku mencari tambahan uang semester yang telah terpakai oleh ku sebelum Desember mendatang. Ya seperti itulah aku, aku menolong bukan karena aku kaya tapi karena aku tau bagaimana rasanya tidak punya. Dan orang tua selalu ingin aku menjadi seseorang yang tulus dalam berbuat baik, walaupun tidak harus dibalas baik, karena ketulusan sudah jauh lebih baik.
Masih dalam suasana ramadhan, kekasih ku itu sudah jauh-jauh hari mendapatkan libur dari sekolah tempat ia mengajar. Karena mengingat tanggal 3 Juli kemarin adalah anniversary hubungan kami yang kelima tahun, akupun memintanya untuk segera pulang kampung dan melaksanakan buka puasa bersama dengan ku di hari itu. Karena aku mendengar ia cukup sering buka puasa bersama teman-temannya disana, fikir ku tak salah jika aku meminta waktunya sekali untuk berbuka puasa bersama yang kebetulan bertepatan dengan anniversary kami. Namun karena diskomunikasi yang terjadi diantara kami membuat aku tak dapat memastikan kepulangannya ketika itu. Setau ku anniversary adalah sesuatu yang sangat istimewa dan selalu ingin kami lalui berdua dan biasanya juga dulu ia rela menunggu bus hingga malam dan mencari tumpangan hanya untuk pulang merayakan ulang tahun nya ke 21 yang bertepatan dengan idul adha beberapa tahun yang lalu dan ku kira akan sama untuk perayaan yang satu ini, karena keyakinan ku itu lah aku menolak semua undangan buka puasa bersama pada tanggal 3 juli itu, salah satunya buka puasa bersama IMAPELKETA. Melihat sudah mendekati pukul 6 sore akupun meninggalkan rumah dan beranjak  menuju kota Sungai Penuh untuk berbuka puasa bersamanya. Tempat yang lebih dulu sudah jauh-jauh hari ku pesan dengan membayar dp membuat aku tak perlu terburu-buru sore itu. Sesampainya aku di Sungai Penuh aku memilih untuk menunggunya di lapangan merdeka tepatnya di depan gedung nasional sebelum nanti bersama-sama menuju tempat berbuka puasa yang telah ku pesan tersebut. Keadaan malam yang mecekam, dingin, dan suasana sepi karena memang itu jam buka puasa sedikit menakutkan untuk ku. Namun aku tetap melanjutkan menunggunya disana, lama aku menunggu dilapangan merdeka tapi ia tak kunjung datang, sms ku tak dibalas, telepon ku dimatikannya, hingga beduk magribpun berbunyi ia masih belum datang, rasanya magh ku mulai perih. Aku mencoba kembali mengiriminya sms, dan ternyata ia membalas bahwa ia masih di Muara Bulian. Ya allah betapa sedihnya aku, aku terdiam disudut lapangan, meratapi kesedihan ku, bagaimana mungkin ia menjadi setega ini kepada ku. Kado yang sejak tadi ditangan ku dan telah jauh-jauh hari aku siapkan itu segera aku hantarkan kerumah sahabat ku, meminta bantuan agar sahabat ku yang memberikan kado itu pada kekasih ku karena aku merasa begitu kecewa dan sangat sedih malam itu. Tapi kalian tau setelah sedih ku aku masih bisa marangkai kata dengan tulus dan panjangnya di FB ku lalu menandai ke FB kekasih ku tapi sayangnya kekasih ku menghapus tanda-tanda itu dari fbnya padahal itu adalah postingan yang hanya satu kali setahun oleh ku. Aku tak mengerti bagaimana tuhan menciptakan hati ku kenapa aku sekuat dan sesabar ini.
Dan sampailah pada kepulangannya. Hingga lebaran kedua ia masih tak menghubungi ku untuk menemui ku. Aku sempat berpapasan dengannya ditepi jalan ketika aku akan bersilahturahmi dan mengantarkan kue buatan ku ke rumahnya tapi sepertinya ia menghidar untuk menoleh ke arah ku. Teman ku sibuk menggerutu dibelakang ku, tapi aku tetap menguatkan diri ku dan berkata pada teman ku, “sudah lah tak apa, mungkin ia tak melihat ku, baik tidak harus dibalas baik, sekarang ayo kita lanjutkan perjalanan ini, bukankah kamu akan menemani ku bertemu dengan ibunya dan bersilahturahmi kerumahnya dan yang kita lihat tadi adalah dia bukan ibunya.” Teman ku larut dalam sendunya penguatan ku. Ya, tak banyak yang mengerti pribadi ku tapi aku sadar sekali aku bukan lagi sesuatu yang ia cintai. Aku bukan lagi alasan ia untuk pulang dan aku bukan lagi alasan untuk ia bertahan. Bahkan ia meninggalkan desa ini lebih dulu. Di saat teman-temannya mengajak kami untuk jalan-jalan, ia justru memilih kembali ke kotanya padahal PBM belum dimulai. Sedih sekali rasanya aku, moment kebersamaan yang hanya sekali setahun dan jarang-jarang itu harus aku lewatkan. Aku terpaksa tidak ikut acara jalan-jalan mereka menginggat kekasih ku itu telah kembali ke kotanya. Bahkan hingga keberangkatannya ia tak mendatangi rumah ku untuk bersilahturahmi seperti ramadhan-ramadhan sebelumnya, padahal aku telah menahan papa di rumah ku berharap ia akan datang dan menunggunya. Dan dipagi keberangkatannyapun, sungguh besar harap ku untuk bisa berjumpa dan menyalami tangannya seperti biasa tapi aku tak mendapatkan itu.
Hai kekasih ku, seandainya kamu tau betapa sedihnya hati ku ini, dan seandainya kamu tau senyuman ku di hadapan mu dan keadaan baik-baik saja itu adalah sebuah keberhasilan dari cara ku menutupi sendu ku. Aku tak pernah benar-benar yakin untuk membiarkan mu melepaskan ku, karena untuk kamu tau tuhan selalu meyakinkan aku jika dirimu masih pantas aku perjuangkan, sering aku membawa istiqarah atas kebimbangan ku bahkan nyaris putus asa ku tapi dari istiqarah ku tuhan memberikan aku mimpi yang justru semakin meyakinkan aku jika dirimu masih pantas untuk aku pertahankan dan karena itu aku tidak pernah bosan mempertahankan kamu dengan berbagai macam cara ku, meskipun kamu tak dapat melihat ketulusan cinta ku.
Kekasihku, Pernahkah diri mu mencoba membaca setiap postingan dari bait-bait bahasa ku? Adakah postingan itu menjatuhkan nama mu? Bahkan saat anniversarypun aku tetap mengindahkan pribadi mu pada setiap postingan ku, seolah dirimu adalah laki-laki yang selalu ada menemani dan menyemangati serta sudah sangat perduli kepada ku, padahal pada kenyataannya tidak seperti itu. Aku ingin orang-orang tau kamu laki-laki terbaik ku, aku ingin orang-orang tau aku bahagia selama bersama mu. Adakah engkau tau jika menahan diri untuk tidak menyakiti hati mu sebenarnya justru menyakiti hati ku?  Ya, jika aku harus jujur nyaris tak ada kebahagian yang terasa oleh ku belakangan ini, ramadhan saja berlalu dengan hampa untuk ku kali ini, setiap hari yang terlintas difikiran ku adalah diri mu, hingga aku merasa apakah aku kembali kasmaran kali ini, karena tak henti memikirkan sebuah nama di setiap hari ku yaitu nama mu.
Sungguh rasanya seperti dikembalikan pada lima tahun yang lalu, ini adalah masa sulit ku, ketika dimana aku akan PL dan ketika yang aku butuhkan adalah orang-orang terkasih untuk menyemangati ku, namun ketakutan itu kini menjelma nyata dihadapan ku, bahwa tak banyak yang akan bertahan dan sanggup menemani dan mendampingi masa sulit ku. Bahkan mungkin mereka akan bosan menopang kesedihan ku dengan berbagai alasan yang akhirnya membuat mereka menjauh dari ku. Rasanya memang sungguh tidak adil. Sama seperti cerita mu pada ku dulu. Saat dimana diri mu mendampingi mantan kekasih mu pada masa sulitnya KTI ketika itu dan pada saat masa sulit mu skripsi mantan kekasih mu justru memilih mengabaikan mu. Dan seperti itulah rasanya aku saat ini. Tapi inilah kenyataan yang harus aku hadapi. Ia kekasih ku saat ini benar-benar menjauhi ku dengan mengantungkan hubungan ini tanpa sedikitpun penegertian atas sendu ku.
Namun ditengah upaya ku untuk berdamai dengan keadaan dari jawabannya atas pertanyaan panjang ku, tiba-tiba tuhan mengetuk pintu hati ku. Sepertinya saat ini ramadhan telah menyadarkan aku, aku sudah mulai bisa tenang dan berlahan memposisikan diri ku, aku mencoba memikirkan betapa aku telah menzolimi diri ku sendiri dan orang-orang disekeliling ku atas obsesi dari kesanggupan ku ini. Aku menjadi sosok yang tega membiarkan nenek berpuasa tiga minggu sendiri di Kerinci hanya karena harapan ku atas kedatangannya, aku juga mengabaikan luka-luka disekujur badan ku seusai aku terjatuh di kamar mandi padahal aku hampir mati memikirkannya, dan aku menjadi sosok yang egois karena sudah banyak menyita waktu dari orang-orang terdekat ku hanya untuk mendegarkan kelu kesa ku tanpa aku bisa menerima masukan dan saran dari mereka setelah itu. Seharusnya aku sadar jika dua insan saling mencintai maka mereka akan saling usaha namun jika aku saja yang usaha berarti hanya aku yang cinta. Sekalipun ia berkata tetap menginginkan aku, tapi tetap saja yang menginginkan aku tentu akan berjuang bersama ku, bukan membiarkan aku berjuang sendiri dan mengabaikan perjuagan ku. Saat ini aku mencoba berfikir lebih jauh untuk masa depan ku, karir dan pendidikan ku, aku menyadari bahwa saat ini mungkin aku belum menjadi siapa-siapa yang dapat dilihat sehingga keberadaan ku seperti tidak pernah bisa ia hargai dari sudut manapun, tapi roda itu berputar. Sekarang yang ada difikiran ku adalah wisuda dari S1 ku. Tak berharap ia bisa menyadari kesedihan ku atau tidak namun yang pasti aku tetap mensugestikan diri ku untuk selalu sabar dan berbaik sangka kepadanya. Karena seseorang yang mencintai ku tidak butuh cerita ku. Kedewasaan pasti tau bagaimana harus berlaku. Bukankan kita baru akan tau siapa orang yang ada bersama kita disaat kita berada dalam kesusahan? Jika saat ini ia mengatakan tengah bosan pada ku mungkin ada satu hal yang harus ia tau dari ku, bahwa ini adalah masa sulit ku dan saat masa sulitnya aku tidak pernah mengatakan bosan padanya apalagi beranjak meninggalkannya.
Hati ku mulai tenang, gejolak yang delapan bulan belakangan ini menggebu hampir tak terasa lagi, aku yang biasanya tidak pernah bisa tahan berlama-lama di Kerinci seusai lebaran karena di desa ku ini selalu diramaikan dengan pesta pernikahan yang membuat pilu hati ku selalu membuat aku berangkat ke kota Padang lebih awal, namun untuk kali ini aku masih bertahan disini mendengarkan alunan tale Kerinci setiap malam dari rumah-rumah yang berbeda di desa ini, rasanya sudah biasa saja, begitupun ketika lahiran anak dari teman-teman ku, aku yang biasa lebih suka mengirimi kado dari pada datang menjenguk untuk kali ini aku sudah memberanikan diri untuk menjenguk. Ya, beberapa tahun belakangan bisa dibilang aku terkena wedding blues syndrome dan baby blues syndrome keadaan yang mana biasanya dialami oleh sepasang pengantin baru dan seorang ibu baru, namun bedanya syndrome yang terjadi pada ku ini adalah keadaan dimana hati ku merasa pilu saat menghadiri acara-acara semacam itu, mungkin karena ada rasa ingin ku namun belum waktunya untuk ku. Tapi untuk kali ini rasanya penyakit ku yang dua itu sedikit membaik dan mudah-mudahan bisa sembuh total. Mengingat aku telah menginjak usia dewasa yang memang usia untuk menikah, tentu akan banyak undagan yang akan aku terima lagi setelah ini, salah satunya undangan dari sahabat ku. Maka akan aneh saja jika aku sampai tidak menghadiri acara pernikahannya hanya karena syndrome-syndrome yang menyerang ku ini.
Sekarang aku mulai menata masa depan ku, membenahi dengan baik posisi dari pengharapan ku. Jika diusia yang hampir seperempat abad ini masih bergelut dengan dunia kanak-kanak ku lantas kapan aku benar-benar bisa membenah, dan jika aku harus ikut larut dengan yuforia dunia teman-teman ku rasanya memang agak rancu, bisa saja mereka yang seperti itu berasal dari keluarga yang berkecukupan dengan keadaan yang mapan, sehingga tak perlu membenah lebih dulu, sedangkan aku? Sudah saatnya aku berfikir untuk masa depan ku, dan aku rasa sudah cukup tuhan memberikan lebih dari 21 tahun kepada ku untuk bermain-main dengan teman-teman ku, namun jika di usia yang segini masih ingin terus bermain-main dan menghabiskan waktu sia-sia maka percuma saja aku disekolahkan setinggi ini. Cakap ilmu cakap pula budi pekerti, jika ingin berubah memang tidak akan mudah tapi bukankah rezeki adalah bagian dari rahasia tuhan. Tinggal bagaimana aku melangkah sebaik-baiknya pelangahan ku. Ramadhan benar-benar telah menyadarkan aku, menyadarkan betapa aku telah memaksa kekasih ku itu untuk mengerti kesedihan, kepiluan dan kesenduan ku dalam delapan bulan belakangan ini, aku terlalu mengejar-ngejarnya tapi semakin aku mengejarnya ia justru makin menjauh dari ku. Mungkin tuhan cemburu pada ku karena terlalu berharap pada hambanya. Bukankah ketika Zulaikha memberikan cintanya pada Yusuf, Yusuf menjauh? Namun ketika Zulaikha memberikan cintanya pada allah, allah memberikan Yusuf untuknya. Sungguh aku telah menzolimi diri ku sendiri dengan kesanggupan ku ini. Padahal aku tau betul bahwa jodoh sebenarnya sudah ada yang mengatur dan aku hanya perlu mendekati yang mengaturnya. Percuma jika agama ku kokoh jika aku terlihat seperti orang bodoh. Lagipun usia hubungan yang memang sudah berjalan cukup lama ini, aku rasa cukup untuk mendewasakan bagian didalamnya yaitu aku dan dia. Susah senang, suka duka tentu sudah banyak menghadirkan makna yang mungkin sedikit banyak masih bisa dicerna. Pernah susah sama-sama kenapa saat senang lalu melupa? Setiap orang tentu memilki masanya dan itu tidak datang sekali dua kali, akan ada saat dimana kita saling membutuhkan. Lamanya waktu yang bergulir tentu pula telah banyak menciptakan cerita-cerita yang tak biasa dan hal semacam itulah yang harus kembali diingat, mengingat betapa egoisnya memikirkan perasaan sendiri, sedangkan mereka acapkali memikirkan perasaan mu sehingga mengabaikan perasaannya, memikirkan betapa mengantungkan hubungan hanya karena bosan merupakan kesalahan yang tak bisa dibenarkan. Karena sebenarnya ada hati yang berharap kepada hati mu, ada perasaan yang berlindung kepada perasaan mu. Sungguhpun jodoh itu merupakan cerminan diri, maka akan aku perbaiki diri ku setelah ini, karena saat aku memperbaiki diri insyaallah tuhan juga memperbaiki jodoh ku. Aku percaya setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya, butuh pribadi yang sama-sama dewasa dan berani berkomitmen untuk mengarungi bahtera rumah tangga, maka akan aku iklaskan jika memang dia membiarkan hubungan ini mengantung diantara kami dan akan aku ridokan jika memang dia memilih untuk tidak memperdulikan aku saat ini. Sesungguhnya kamu tidak akan mengerti rasanya menjadi aku sebelum kamu berada diposisi ku dan mengenal agama mu. Semoga  allah menganggkat kesedihan ku.
Kekasihku, untuknya kamu tau aku mencintai mu bukan sekedar nafsu dunia ku tapi atas dasar agama ku dan iman islam ku, besar harap ku bisa menghalalkan hubungan ini bersama mu untuk menyempurnakan agama ku dan memperbaiki akhlak ku meskipun ambisi ku untuk menghalalkan hubungan ini bersama mu tidak akan bisa menghapus segala dosa-dosa ku. Semoga allah melimpahkan kesehatan dan umur yang panjang kepada kita. Amin.
Mungkin iya diri mu sudah sangat menyakiti perasaan ku, tapi aku tak pernah marah ataupun dendam kepada mu namun seharusnya kamu tau tuhan ada dan melihat semuanya. Aku hanya takut tuhan yang akan marah kepada mu. Kini aku tak akan menyibukkan mu dengan banyaknya argument ku lagi, aku tak akan meneruskan usaha ku untuk mengingatkan mu betapa lamanya waktu yang telah kita lalui bersama dan betapa banyaknya kenangan yang telah tercipta. Jika kamu benar mencintai ku tentu tak akan sampai hati mu untuk memperlakukan ku seperti ini, jika kamu benar menyayangi ku tentu keberadaan ku adalah sebuah kebutuhan untuk mu. Keputusan mu membiarkan hubungan ini mengantung diantara kita dengan diskominikasinya dan keputusan mu untuk  tidak berteman dengan ku di sosial media mu akan aku hargai sebagai keputusan seorang laki-laki dewasa ku. Tapi percayalah ada ataupun tanpa komunikasi diantara kita aku tetap menjaga kepercayaan mu, tak terniat oleh ku untuk meninggalkan mu demi mencari yang lebih baik dari mu, karena aku tau saat aku meninggalkan mu dan mencari yang lebih baik dari mu disanalah sebenarnya aku telah menyia-nyiakan yang terbaik yang aku punya. Sekalipun aku sangat menyadari jika diluar sana banyak sekali laki-laki yang jauh lebih segalanya dari kamu, laki-laki yang jauh lebih bisa menghargai dan memuliakan ku sebagai seorang perempuan dan laki-laki yang dengan hati nurani tidak setega ini kepada ku, namun kendati aku tetap memilih kamu. Kadang orang-orang baru mungkin terlihat lebih menarik, lebih baik, lebih lucu, lebih membuat kita bersemangat. Tapi apakah pada akhirnya lebih baik dari pasangan kita? Rumput tetangga mungkin memang lebih hijau dan menggoda tapi ingat saat hujan tetap saja sama beceknya. Tak akan ada yang berubah dari aku sekalipun hikmah ramadhan ini sudah sangat membuka fikiran ku, kamu masih bisa mencari ku jika kamu menbutuhkan aku, insyaallah aku akan tetap ada untuk mu. Dan kamu masih bisa mencari ku jika sewaktu-waktu kamu merindukan aku, meskipun saat ini mungkin kamu sudah melupakan aku. Sekarang aku mulai mengerti seindah apapun huruf terukir tidak akan bermakna jika tidak ada jeda dan tidak akan dimengerti jika tidak ada spasi, bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang jika ada ruang? Maka aku biarkan kamu berlaku sesuka mu selagi itu membahagiakan kamu. Tangan mu akan tetap ku genggam namun tak lagi erat, karena aku tau kamu ingin diiring bukan digiring. Sungguhlah berat berada diposisi ku, merasakan kesedihan setiap waktu. Coba saja diingat kembali bukankah sejak dulu nama kontak mu di hp ku selalu aku selipkan icon “ :’( ( Pipi Sayang :'( ) “ tentulah kamu mengerti apa maksudnya itu. Sungguh dari awal aku mengenal mu sudah banyak hal yang kamu hadirkan didalam hidup ku, ujian terberat sempat beberapa kali menerpa ku. Aku pernah merasakan bagaimana rasanya dihianati bahkan sudah dari tahun pertama aku bersama mu yaitu ketika masa PL mu bahkan berlanjut saat aku melepas mu untuk bekerja sebagai wasit hingga saat aku mendampingi mu kuliah di Padang dan untuk persoalan kali ini adalah bagian dari ujian terberat itu. Namun kamu tak perlu terlalu menghawatirkan aku, insyaallah aku baik-baik saja dengan kesabaran ku, dengan cinta ku, dengan ketulusan dan harapan ku, dengan semua prasangka baik ku kepada mu. Dirimu sudah sangat membahagiakan aku, aku bahagia mengenal mu. Maka anggap sajalah situasi ini adalah wujud nyata dari kebosanan mu kepada ku. Dan akan aku anggap ini bagian dari cara tuhan mendewasakan ku. :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar