Kamis, 21 Juli 2016

Penyemangat Diri




Hari ini pagi-pagi sekali aku datang kekampus menemui dosen pembimbing akademik ku untuk bertanya kapan kiranya aku bisa memulai menulis proposal skripsi ku dan ternyata saat ini aku sudah bisa memulai menulis proposal skripsi ku. Untuk langkah awal pembimbing akademik ku meminta agar aku mengajukan 3 judul yang terdiri dari cover, BAB I, dan daftar pustaka. Tapi kendalanya adalah aku hanya mempunyai waktu 3 hari termasuk hari ini untuk menyelesaikan 3 judul itu sebelum nantinya pada malam minggu aku akan kembali kekampung dan pada hari seninnya aku sudah harus mulai melaksanakan PL disalah satu SMA dikampung ku. Tapi alhamdulillahnya aku sedikit terbantu  karena pada semester lalu aku telah menyelesaikan 1 proposal pada mata kuliah bimbingan skripsi ku yang bisa ikut aku ajukan kali ini sehingga hanya tersisa 2 proposal skripsi yang harus aku selesaikan dalam rentan waktu 3 hari kedepan. Sebenarnya proposal skripsi ini bukan merupakan sebuah keharusan untuk kami kerjakan pada semester ini. Normalnya mahasiswa S1 dikampus ku menyelesaikan studinya dalam rentan waktu 4 tahun sehingga kami diberi kesempatan untuk benar-benar fokus pada PL disemester ini dan pada semester besok barulah kami diharuskan untuk memulai menulis proposal skripsi. Hanya saja kali ini pihak kampus telah memberi sedikit kemudahan dengan memberikan izin bagi mahasiswa yang ingin mengajukan judul proposal skripsi lebih awal. Dan aku memilih untuk memulai proposal skripsi ku pada semester ini.
Lihatlah kekasihku, betapa bersemangatnya aku kali ini, bahkan tak pernah aku sesemangat ini. Karena motor ku telah aku kirim kekampung sebelum libur semester lalu, membuat aku harus menaiki angkutan umum ketika ingin bepergian. Dari kos kekampus aku harus menaiki angkutan umum dua kali  dan untuk angkutan umum pertama memang sulit sekali dicari, aku harus menunggu lama didepan kos ku baru ada yang berhenti. Ketika aku sampai dipersimpangan kampus untuk menghemat biaya aku memilih turun dari angkutan umum dibelakang kampus yaitu dipersimpangan kampus tetangga yang mengharuskan aku berjalan kaki lebih jauh dibawah teriknya matahari menuju kampus ku begitupun saat akan pulang aku juga harus berjalan kaki kepersimpangan kampus tetangga untuk menunggu angkutan umum disana. Heels yang tingginya sekian cm dikaki ku dan cukup membuat aku kualahan saat berjalan sudah tak aku hiraukan lagi saat aku harus berjalan dari persimpangan kekampus ataupun sebaliknya, aku melihat wajah mu bahkan hampir disetiap langkah ku, aku mendengar suara mu bahkan hampir disepanjang jalan ku. Aku mengayunkan langkah demi langkah ku dengan senyuman terindah ku. Tanpa terasa jarak persimpangan yang jauh itu terlewati oleh ku.
Kamu tau betapa bersemangatnya aku kali ini meskipun saat teman-teman kuliah ku tau jika aku sudah mulai menulis mereka langsung membuli tekad ku ini. Semua mencemeeh ku berkata jika aku terlalu berambisi, berkata “cie indah yang ingin wisuda 3,8 tahun”. Namun semua itu tak aku perdulikan. Karena sudah dari awal perkuliahan ku aku memperjuangkan semangat ku bahkan ketika kamu mencoba menjatuhkan asa ku saat ini aku tetap mempertahankan semangat ku ini. Orang-orang tidak pernah tau ada banyak hal yang mendorong aku senekat ini. Niat ku untuk menyelesaikan kuliah lebih awal sebelum waktu yang terjadwal adalah alasan ku agar tak menambah uang semester yang nantinya akan membebankan orangtua ku, niat ku untuk menyelesaikan kuliah lebih awal sebelum idul fitri tahun depan adalah karena mimpi yang aku terima setahun yang lalu dari alm ibu ku atas diri mu. Selain daripada itu pinta mu agar aku menyelesaikan dengan segera kuliah ku adalah satu hal yang sangat ingin aku wujudkan. Walaupun pada akhirnya mungkin saja aku tak bisa mengejar wisuda lebih awal sebelum jadwalnya, namun setidaknya aku telah berusaha.
Masihkah kamu mengingat percakapan kita yang satu ini? Percakapan yang selalu membuat aku meneteskan air mata ku tiap kali aku mencoba mengulang membacanya.
 

Saat itu adalah tahun pertama aku berkuliah dan tahun pertama  juga kamu berkuliah namun pada jenjang pendidikan S2 mu. Ditengah kekhilafan mu ketika itu, kamu menghiba kepada ku memohon agar aku mengerti situasi mu bahkan kamu mengancam akan menyudahi kuliah mu karena reaksi dari kekecewaan dan kekesalan ku ketika itu sempat menyulitkan perasaan dan fikiran mu. Kamu coba membanding-bandingkan kekacauan yang tengah kamu alami didalam keluarga mu dengan reaksi ku atas kekhilafan mu ketika itu yang pada akhirnya membuat aku tak sampai hati terus menyudutkan mu, aku mencoba meredamkan kekesalan ku menepiskan rasa kecewa ku karena saat itu kamu kembali mengulang kesalahan yang serupa dan kembali membuat sedih hati ku. Tapi aku tak menyangka ketika keadaan itu dibalikkan meskipun aku tak melakukkan kekhilafan yang sama seperti mu ketika itu ternyata diri mu tak mampu untuk mengerti situasi ku. Serendah apakah aku dimata mu sehingga engan engkau menoleh kepada ku, kesalahan apakah yang telah aku lakukkan sehingga terkunci hati mu untuk mengerti situasi ku. Jikalau kamu ingin tau rasanya menjadi aku tempatkanlah posisi ku saat ini seperti posisi mu ketika itu. Ini sungguh sangat menyulitkan aku.
Hari ini dikampus aku juga mulai mengurus despensasi (pembayaran setengah) uang semester ku yang akan dilanjutkan pada esok hari. Tadinya uang semester ku itu memang telah diberikan pada ku awal-awal hari dari hari ini hanya saja telah berkurang jumlahnya karena terpakai oleh ku untuk membayar hutang pada salah seorang teman ku. Belum lagi uang kontrakan kos yang saat ini juga menanti didepan mata ku. Lagi-lagi aku tak menyangka sosok yang aku bantu saat sulitnya justru mengabaikan aku ketika sulit ku.
Benar-benar tak ada kata yang dapat mengunggkapkan bagaimana rasanya menjadi aku saat ini. Sosok yang selama ini baik, lembut, sopan, santun, perduli, dan selalu menemani hari-hari ku ternyata telah larut dalam dunianya sendiri yang sangat menyiksa perasaan ku disini. Tanpa perasaan ia mengabaikan dari setiap penghibaan ku. Sms dan telepon adalah salah satu yang sering membuat aku meneteskan air mata didalam diamku. Aku mencoba mengabarinya setiap kegiatan penting ku berharap restu dari setiap pelangkahan ku namun tak satupun respon yang ia berikan pada ku. Mungkin memang sudah tak ada lagi belas kasihan itu untuk ku, hati nuraninya seolah mati dan terkunci untuk mengerti situasi ku. Dia bahkan terlihat bukan seperti sosok yang pernah aku kenal dulu. Kesal? Memang terkadang terasa kesal oleh ku tapi aku tak pernah menyesal telah mengenalnya, tak ada dendam yang tersimpan oleh ku dan caranya menjauhi ku dengan mengantungkan hubungan ini dengan meminta aku menyelesaikan kuliah ku terlebih dahulu tidak membuat aku merasa ia telah merendahkan aku, hanya saja aku melihat ia tidak bisa memandang ku karena posisi ku yang masih jauh dibawahnya saat ini. Mungkin dulu itu karena kami berjuang bersama sehingga ia mengerti rasanya menjadi aku. Namun aku mencoba untuk tetap berbaik sangka kepadanya. Mungkin ini pulalah caranya menyemangati ku dan memberi ujian untuk melihat seberapa kuatnya aku. Mungkin caranya berbeda dari orang lain tapi tujuannya tetaplah sama dan jika iya benar begitu adalah kesabaran yang menemani hari-hari ku saat ini dan itu yang bisa ia lihat nyata dari aku dalam situasi ini. Sungguh bagaimanapun kamu memposisikan dirimu saat ini pada ku, diri mu tetap menjadi salah satu alasan dari setiap semangat ku karena tak sedetikpun waktu yang aku lalui tanpa mencintai mu, itulah mengapa terkadang aku terlihat egois mencoba mencuri sedikit waktu mu, mengirimi mu pesan dan menceritakan rutinitas ku meskipun tanpa respon ataupun penguatan apa-apa dari mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar