Hari
ini pagi-pagi sekali aku datang kekampus menemui dosen pembimbing akademik ku
untuk bertanya kapan kiranya aku bisa memulai menulis proposal skripsi ku dan
ternyata saat ini aku sudah bisa memulai menulis proposal skripsi ku. Untuk langkah
awal pembimbing akademik ku meminta agar aku mengajukan 3 judul yang terdiri
dari cover, BAB I, dan daftar pustaka. Tapi kendalanya adalah aku hanya mempunyai waktu 3 hari termasuk
hari ini untuk menyelesaikan 3 judul itu sebelum nantinya pada malam minggu aku
akan kembali kekampung dan pada hari seninnya aku sudah harus mulai
melaksanakan PL disalah satu SMA dikampung ku. Tapi alhamdulillahnya aku sedikit
terbantu karena pada semester lalu aku
telah menyelesaikan 1 proposal pada mata kuliah bimbingan skripsi ku yang bisa ikut
aku ajukan kali ini sehingga hanya tersisa 2 proposal skripsi yang harus aku
selesaikan dalam rentan waktu 3 hari kedepan. Sebenarnya proposal skripsi ini bukan
merupakan sebuah keharusan untuk kami kerjakan pada semester ini. Normalnya mahasiswa
S1 dikampus ku menyelesaikan studinya dalam rentan waktu 4 tahun sehingga kami
diberi kesempatan untuk benar-benar fokus pada PL disemester ini dan pada
semester besok barulah kami diharuskan untuk memulai menulis proposal skripsi. Hanya
saja kali ini pihak kampus telah memberi sedikit kemudahan dengan memberikan
izin bagi mahasiswa yang ingin mengajukan judul proposal skripsi lebih awal. Dan
aku memilih untuk memulai proposal skripsi ku pada semester ini.
Lihatlah
kekasihku, betapa bersemangatnya aku kali ini, bahkan tak pernah aku sesemangat
ini. Karena motor ku telah aku kirim kekampung sebelum libur semester lalu, membuat aku harus menaiki angkutan umum ketika ingin bepergian. Dari kos kekampus aku harus menaiki angkutan umum dua kali dan untuk
angkutan umum pertama memang sulit sekali dicari, aku harus menunggu lama
didepan kos ku baru ada yang berhenti. Ketika aku sampai dipersimpangan kampus
untuk menghemat biaya aku memilih turun dari angkutan umum dibelakang kampus yaitu
dipersimpangan kampus tetangga yang mengharuskan aku berjalan kaki lebih jauh dibawah
teriknya matahari menuju kampus ku begitupun saat akan pulang aku juga harus
berjalan kaki kepersimpangan kampus tetangga untuk menunggu angkutan umum
disana. Heels yang tingginya sekian cm dikaki ku dan cukup membuat aku kualahan
saat berjalan sudah tak aku hiraukan lagi saat aku harus berjalan dari
persimpangan kekampus ataupun sebaliknya, aku melihat wajah mu bahkan hampir
disetiap langkah ku, aku mendengar suara mu bahkan hampir disepanjang jalan ku.
Aku mengayunkan langkah demi langkah ku dengan senyuman terindah ku. Tanpa terasa jarak persimpangan yang jauh itu terlewati oleh ku.
Kamu
tau betapa bersemangatnya aku kali ini meskipun saat teman-teman kuliah ku tau
jika aku sudah mulai menulis mereka langsung membuli tekad ku ini. Semua mencemeeh
ku berkata jika aku terlalu berambisi, berkata “cie indah yang ingin wisuda 3,8 tahun”. Namun semua itu tak aku
perdulikan. Karena sudah dari awal perkuliahan ku aku memperjuangkan semangat
ku bahkan ketika kamu mencoba menjatuhkan asa ku saat ini aku tetap
mempertahankan semangat ku ini. Orang-orang tidak pernah tau ada banyak hal
yang mendorong aku senekat ini. Niat ku untuk menyelesaikan kuliah lebih awal
sebelum waktu yang terjadwal adalah alasan ku agar tak menambah uang semester
yang nantinya akan membebankan orangtua ku, niat ku untuk menyelesaikan kuliah
lebih awal sebelum idul fitri tahun depan adalah karena mimpi yang aku terima setahun
yang lalu dari alm ibu ku atas diri mu. Selain daripada itu pinta mu agar aku
menyelesaikan dengan segera kuliah ku adalah satu hal yang sangat ingin aku
wujudkan. Walaupun pada akhirnya mungkin saja aku tak bisa mengejar wisuda lebih awal sebelum jadwalnya, namun setidaknya aku
telah berusaha.
Masihkah
kamu mengingat percakapan kita yang satu ini? Percakapan yang selalu membuat aku meneteskan air mata ku tiap kali aku mencoba mengulang membacanya.
Saat itu adalah tahun pertama aku
berkuliah dan tahun pertama juga
kamu berkuliah namun pada jenjang pendidikan S2 mu. Ditengah kekhilafan mu
ketika itu, kamu menghiba kepada ku memohon agar aku mengerti situasi mu bahkan
kamu mengancam akan menyudahi kuliah mu karena reaksi dari kekecewaan dan
kekesalan ku ketika itu sempat menyulitkan perasaan dan fikiran mu. Kamu coba
membanding-bandingkan kekacauan yang tengah kamu alami didalam keluarga mu dengan
reaksi ku atas kekhilafan mu ketika itu yang pada akhirnya membuat aku tak
sampai hati terus menyudutkan mu, aku mencoba meredamkan kekesalan ku
menepiskan rasa kecewa ku karena saat itu kamu kembali mengulang kesalahan yang
serupa dan kembali membuat sedih hati ku. Tapi aku tak menyangka ketika keadaan
itu dibalikkan meskipun aku tak melakukkan kekhilafan yang sama seperti mu
ketika itu ternyata diri mu tak mampu untuk mengerti situasi ku. Serendah apakah
aku dimata mu sehingga engan engkau menoleh kepada ku, kesalahan apakah yang
telah aku lakukkan sehingga terkunci hati mu untuk mengerti situasi ku. Jikalau
kamu ingin tau rasanya menjadi aku tempatkanlah posisi ku saat ini seperti
posisi mu ketika itu. Ini sungguh sangat menyulitkan aku.
Hari
ini dikampus aku juga mulai mengurus despensasi (pembayaran setengah) uang
semester ku yang akan dilanjutkan pada esok hari. Tadinya uang semester ku itu
memang telah diberikan pada ku awal-awal hari dari hari ini hanya saja telah berkurang jumlahnya karena
terpakai oleh ku untuk membayar hutang pada salah seorang teman
ku. Belum lagi uang kontrakan kos yang saat ini juga menanti didepan mata ku. Lagi-lagi aku tak menyangka sosok yang aku
bantu saat sulitnya justru mengabaikan aku ketika sulit ku.
Benar-benar
tak ada kata yang dapat mengunggkapkan bagaimana rasanya menjadi aku saat ini. Sosok
yang selama ini baik, lembut, sopan, santun, perduli, dan selalu menemani
hari-hari ku ternyata telah larut dalam dunianya sendiri yang sangat
menyiksa perasaan ku disini. Tanpa perasaan ia mengabaikan dari setiap
penghibaan ku. Sms dan telepon adalah salah satu yang sering membuat aku
meneteskan air mata didalam diamku. Aku mencoba mengabarinya setiap kegiatan
penting ku berharap restu dari setiap pelangkahan ku namun tak satupun respon
yang ia berikan pada ku. Mungkin memang sudah tak ada lagi belas kasihan itu
untuk ku, hati nuraninya seolah mati dan terkunci untuk mengerti situasi ku. Dia
bahkan terlihat bukan seperti sosok yang pernah aku kenal dulu. Kesal? Memang
terkadang terasa kesal oleh ku tapi aku tak pernah menyesal telah mengenalnya,
tak ada dendam yang tersimpan oleh ku dan caranya menjauhi ku dengan mengantungkan hubungan ini dengan
meminta aku menyelesaikan kuliah ku terlebih dahulu tidak membuat aku merasa ia
telah merendahkan aku, hanya saja aku melihat ia tidak bisa memandang ku karena
posisi ku yang masih jauh dibawahnya saat ini. Mungkin dulu itu karena kami
berjuang bersama sehingga ia mengerti rasanya menjadi aku. Namun aku mencoba
untuk tetap berbaik sangka kepadanya. Mungkin ini pulalah caranya menyemangati
ku dan memberi ujian untuk melihat seberapa kuatnya aku. Mungkin caranya
berbeda dari orang lain tapi tujuannya tetaplah sama dan jika iya benar begitu
adalah kesabaran yang menemani hari-hari ku saat ini dan itu yang bisa ia lihat
nyata dari aku dalam situasi ini. Sungguh bagaimanapun kamu memposisikan dirimu
saat ini pada ku, diri mu tetap menjadi salah satu alasan dari setiap semangat ku karena tak sedetikpun waktu yang aku lalui tanpa mencintai mu, itulah
mengapa terkadang aku terlihat egois mencoba mencuri sedikit waktu mu,
mengirimi mu pesan dan menceritakan rutinitas ku meskipun tanpa respon
ataupun penguatan apa-apa dari mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar