Aku tak tau harus mulai menulis dari
mana, makanya dari pagi tadi sampai sekarang belum ada postingan panjang disemua
sosmed ku. Aku hanya sibuk menggumam didalam hati sejak dari malam tadi. Aku
berusaha mengabaikan bunyi takbir yang berkumandang, bahkan aku bersyukur malam
tadi sempat mati lampu. Namun kenyataan dimanapun aku memposisikan diri ku hari
ini suara takbir tetap terdengar ditelinga ku. Aku hanya takut kesedihan terus
larut dihati ku. Aku tak benar-benar kuat menampakkan keadaan baik-baik saja ditengah
gemelut batin ku. Tak banyak yang mengerti mengapa tapi didalam hati aku
merasakan kesunyian yang sepi ditengah keramaian, tak tau harus mengadu pada
siapa untuk kesedihan ini, aku berusaha berdamai dengan keadaan namun kenyataan
air mata tak bisa aku bendung sendirian. Tanpa sadar air mata ku larut jatuh
kedalam, memang tak ada yang melihat kesedihan ku tapi hati ku begitu pilu.
Saat ini papa datang kerumah ku sudah seperti bukan lagi bagian dari keluarga
ini. Ia datang bersama istrinya seperti seorang tamu dirumah ku, tak sampai
sejam papa sudah berlalu menuju rumah istrinya dan memang selama disini papa
tinggal dirumah istrinya. Padahal dulu kami menghabiskan banyak waktu bersama
setiap lebaran. Aku tak tau harus memposisikan diri bagaimana, aku coba
menghadapi kenyataan ini dengan sekuat-kuatnya hati. Ketika papa datang ke
rumah, aku tetap menghidangkan makanan seperti biasa alm mama lakukan dulu.
Tapi ditengah aku sibuk menghidangkan makanan meletakkan piring-piring, aku
sempat terdiam aku menangis ditengah kegelapan malam tadi. Aku kembali bertanya
kenapa takdir sekejam ini kepada ku? Satu persatu orang-orang tersayang yang
tersisa itu menjauh dari ku, bermacam-macam cara tuhan menjauhkan mereka dari ku.
Bahkan dengan cara yang tak terbaca oleh logika ku.
Bercerita tentang persiapan untuk
hari yang fitri ini, sebenarnya sudah dari pagi-pagi kemarin aku lebih dulu
sampai dibalai, aku membeli bumbu untuk memasak hidangan yang akan dihidangkan
dihari fitri ini. Dan sejak pagi hingga siang hari pula aku menghabiskan waktu
didapur untuk memasak bersama nenek, namun hari ini masakkan ku sama sekali tak
tersentuh. Tak tau akan ku hidangkan pada siapa masakan ku ini. Jika yang
memakan hanya aku dan adik dijam-jam tertentu saja. Rumah ini sepi, begitupun dengan
hati ini. Aku yang kuat lama kelamaan menjadi rapuh menghadapi keadaan yang
sekejam ini.
Sebenarnya tak ada yang lebih aku
tunggu-tunggu pada setiap lebaran selain dari pada kebersamaan, tapi beberapa
tahun belakangan ini aku mulai kehilangan kesempatan semacam itu. Dan puncaknya
adalah tahun ini. Aku bahkan hampir tak merasakan suasana ramadhan dikalbu ku,
meskipun aku melalui ramadhan itu. Masalah silih berganti, gemelut hati dan
batin yang memaksa aku berdamai dengan keadaan terkadang mengubah moodku.
Lagi-lagi aku tak tau harus mengadu pilu pada siapa untuk hal ini.
Dan esok adalah jadwal ku berkunjung
ke tempat mama, kami akan mengadakan ziarah makam siang besok, kegitan itu
merupakan agenda wajib tiap idul fitri ku. Rasanya kini tak ada yang lebih
istimewa pada idul fitri ku selain ziarah ketempat mama, seperti ingin aku
ceritakan semua padanya namun bukan maksut ku mengerutu, hanya saja hati ku
pilu, hati ku sendu, aku rindu, ya rindu orang-orang yang tersisa itu. Mungkin
berbesar hati, sabar, iklas, dan tetap bersyukur sedikit bisa menenangkan hati ku.
Semoga saja begitu. Ya allah dengan kerendahan hati, aku memohon belas kasih
mu, semoga engkau sudi mengangkat kesedihan ku ini.
Selamat hari raya idul fitri 1 Syawal
1437H. Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar