Malam itu
aku tengah bersantai-santai sambil menunggu sinetron yang aku tonton
selesai, berniat saat sinetron ini selesai/habis aku akan segera mandi. Namun
tiba-tiba aku merasakan getaran dari dalam tanah, seperti biasa sudah pasti itu
adalah getaran gempa. Akupun mengalihkan pandangan ku dari tv ke lampu kamar
yang terayun cukup kuat. Karena di kota tempat tinggal ku ini kerap terjadi
gempa, jadi aku tidak begitu panik lagi saat gempa-gempa kecil terjadi, namun
kali ini saat aku berlari keluar kamar gempa yang tadinya sudah berhenti
kemudian terjadi kembali dengan getaran yang jauh lebih kuat dan lama, kali ini
aku merasakan sebuah ayunan yang membuat kepala dan pandangan ku
berputar-putar. Di luar tampak jalanan mulai ramai, karena tempat tinggal ku
ini berada di pinggir jalan, sehingga jelas sekali oleh ku perbedaan arus lalu
lintas yang tadinya ramai lancar kini justru menjadi ramai macet. Namun aku
masih berdiam di depan kamar ku, berusaha untuk tenang dan tidak panik. Tak
lama siaran tv menayangkan informasi gempa yang mengejutkan ku. Seperti yang di
tayangkan di tv, gempa kali ini berkekuatan 8,3SR dan berpotensi tsunami.
Beberapa menit kemudian aku seperti mendengar suara sirine peringatan tsunami
dari arah pantai. Aku yang saat itu tengah duduk di depan kamar lantas berlari
menukar pakaian dan memasukan barang berharga seperti dokumen kuliah ku kedalam
tas ransel yang akan aku bawa menuju dataran yang lebih tinggi mengikuti
orang-orang yang mulai berlalu lalang menuju dataran tinggi. Sialnya ketika aku
melihat bensin motor ternyata bensin ku hanya tersisa sedikit, akupun berhenti
di sebuah SPBU, tapi ternyata antrian yang terjadi cukup panjang di tambah lagi
aku tidak memegang uang dalam jumlah banyak karena belanja ku yang tersisa ada
di dalam ATM, akupun hanya mengisi bensin seadanya saja. Setelah bensin terisi
aku segera melanjutkan perjalanan, walaupun aku tidak begitu tau jalan menuju
dataran tinggi tersebut, aku hanya mengikuti orang-orang yang mulai terjebak
kemacetan panjang dan padat di samping kiri kanan depan belakang ku. Hp ku pun
tak berhenti berdering semua sanak saudara dari ibu menelepon ku, termasuk
kekasih ku, mereka menanyakan keadaan ku dan meminta aku agar tidak panik dan
tetap tenang. Awalnya memang aku tenang dan tak panik, karena gempa memang
sudah kerap terjadi di sini, namun karena gempa yang terjadi kali ini cukup
kuat dan berpotensi tsunami secara spontan akupun ikut kalang kabut di tengah
keramaian, di tambah lagi aku hanya seorang diri saat mencari jalan menuju
dataran tinggi. Ada rasa sedih di hati ku, rasanya ingin menangis, sebab aku
hanya seorang diri, namun aku tetap menguatkan diri. Dengan tidak bermodalkan
apa-apa, jalan tak tau, arahpun tak tau, malam, gelap, dingin, sendiri, aku
mencoba tetap tenang dan mengikuti petunjuk jalan dan akhirnya aku sampai di
dataran tinggi (Indarung), yang mana kakak sepupu ku sudah menunggu ku di sana,
sebab kakak ku sudah terlebih dulu sampai di sana. Kami hanya berada beberapa
jam di sana menunggu keadaan kembali aman. Setelah peringatan tsunami di cabut
sekitar pukul 23.00 aku dan kakak ku kembali kerumah meskipun jalan masih
ramai. Namun aku mulai kwalahan sendiri menghadapi gempa ini seorang diri.
Dalam 3 tahun
aku berada di kota ini untuk menyelesaikan studi S1 ku, ini adalah kali pertama
aku merasakan gempa dengan goncangan yang cukup kuat dan melihat kepanikan masyarakat
kota ini. Aku berharap tidak ada gempa serupa yang terjadi lagi dan
semoga gempa susulanpun tidak terjadi, semoga Allah SWT selalu melindungi dan
menjaga kami semua di sini. Amin YRA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar